Hal ini adalah suatu pernyataan yang baik untuk dipertimbangkan menurut perspektif manufaktur, tergantung pada lingkungan, aturan, dan jenis produksi yang digunakan. Namun, pernyataan ini tidak selalu benar dalam semua kasus. Kita perlu melihat secara lebih mendalam dan melibatkan berbagai faktor untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Untuk mengawali, berbicara tentang penambahan bahan baku sebenarnya merujuk pada proses manufaktur. Biasanya, dalam proses produksi, penambahan bahan baku di departemen lanjutan dapat dikaitkan dengan peningkatan jumlah unit produk jadi. Ini karena bahan baku adalah komponen esensial dalam pembuatan produk. Sehingga, semakin banyak bahan baku yang ditambahkan, semakin banyak produk yang dapat diproduksi.
Namun, adanya penambahan bahan baku bukan semata-mata menjamin peningkatan jumlah produk jadi. Sejumlah faktor lain yang ada juga perlu diperhatikan. Misalnya, efisiensi mesin dan keterampilan pekerja, yang jika dirasa tidak memadai atau optimal, penambahan bahan baku hanya akan membuang-buang sumber daya tanpa menciptakan peningkatan dalam produksi produk.
Di samping itu, faktor lain seperti kapasitas produksi dan permintaan pasar juga berperan penting. Jika kapasitas produksi sudah mencapai puncaknya, penambahan bahan baku tidak akan menambah unit produk jadi. Lebih jauh, jika permintaan pasar stagnan atau menurun, peningkatan produksi mungkin tidak perlu dan dapat berakibat pada penumpukan inventori.
Jadi, jelas bahwa penambahan bahan baku pada departemen lanjutan tidak selalu menambah jumlah unit produk jadi. Harus ada keseimbangan antara jumlah bahan baku, efisiensi proses produksi, dan permintaan pasar untuk menghasilkan produk yang efisien dan efektif.