Fenomena ini muncul sebagai akibat yang cukup parah dari pemilu serempak. Masalah ini bukan hanya menyangkut kondisi kejiwaan seseorang, tetapi juga menjadi isu sosial yang signifikan. Tetapi apa sebenarnya faktor sosial yang mendasari masalah ini?
Pertama-tama, harus diakui bahwa peristiwa ini tercermin dalam konteks sosial politik yang lebih luas. Partisipasi dalam pemilu adalah hak setiap warga negara dan sebagian besar orang memandangnya sebagai kesempatan untuk berkontribusi dalam membentuk masa depan negara mereka. Jika seseorang yang telah berdedikasi dan menginvestasikan banyak sumber daya ke dalam kampanye pemilu kemudian gagal terpilih, dampak psikologisnya bisa sangat berat.
Faktor Sosial: Tekanan dan Harapan yang Berlebihan
Salah satu faktor sosial yang berperan besar dalam menjelaskan fenomena ini adalah tekanan dan harapan yang berlebihan. Dalam banyak kasus, calon anggota DPRD memasuki arena pemilu dengan harapan tinggi untuk berhasil. Mereka berinvestasi secara emosional, fisik, dan finansial dalam usaha mereka, dan jika mereka tidak berhasil, dampaknya pada kesejahteraan mental mereka bisa signifikan.
Faktor Sosial: Kurangnya Dukungan Psikologis dan Sarana Penyaluran Frustrasi
Faktor sosial lainnya yang turut mempengaruhi adalah kurangnya dukungan psikologis dan saluran yang tepat untuk menyalurkan rasa kecewa dan frustasi. Dalam jumlah yang cukup besar, adanya dukungan post-pemilu yang kurang memadai bisa membuat individu merasa terisolasi dan stres, yang kemudian memicu masalah kesehatan mental.
Faktor Sosial: Kegagalan dalam Mengelola Jiwa Kompetitif
Tidak kalah penting, faktor sosial lainnya adalah gagalnya mengelola jiwa kompetitif dengan sehat. Dalam lingkungan yang kompetitif, seperti pemilu, penting bagi seseorang untuk memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses, dan bukan akhir dari semua usaha. Jika ini tidak dipahami, kegagalan dapat dianggap sebagai bencana total yang menyerang harga diri seseorang dan menimbulkan masalah psikologis serius.
Secara keseluruhan, dampak negatif dari tidak terpilih dalam pemilu pada kesehatan mental individu adalah isu yang kompleks dan multifaset. Intervensi yang efektif mungkin memerlukan pendekatan multi-disiplin yang mencakup layanan kesehatan mental, pendidikan tentang kesehatan mental dan hubungannya dengan stres politik, serta dukungan masyarakat yang lebih besar untuk individu yang mengalami kecewa karena tidak terpilih dalam jabatan politik.