Diskusi

Pada Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut, Nusantara Dihuni oleh Ras Pendatang Baru, Yaitu Ras Australomelanesoid dan Ras Mongoloid. Kedua Ras Ini Diyakini…?

×

Pada Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut, Nusantara Dihuni oleh Ras Pendatang Baru, Yaitu Ras Australomelanesoid dan Ras Mongoloid. Kedua Ras Ini Diyakini…?

Sebarkan artikel ini

Selama periode berburu dan meramu yang lebih maju, para peneliti berpendapat bahwa Nusantara didiami oleh mengalirnya kedua ras pendatang baru yaitu ras Australomelanesoid dan ras Mongoloid. Mereka tiba dan mendiami kawasan ini dalam perjalanan migrasi mereka yang luas.

Kedatangan Ras Australomelanesoid

Ras Australomelanesoid, yang juga dikenal sebagai Wedda, dianggap sebagai penduduk asli kawasan ini yang penyebarannya mencakup wilayah Nusantara sampai ke Australia.

Mereka banyak ditemukan di wilayah Malaysia, Sumatera, Jawa tengah dan timur, serta Papua. Dalam studi genetik modern, jejak DNA Australomelanesoid dapat ditemukan di beberapa kelompok etnis tertentu di kepulauan Malaysia dan Indonesia.

Kedatangan Ras Mongoloid

Ras Mongoloid adalah ras yang berasal dari Asia Timur. Migrasi massa ras Mongoloid ke Nusantara terjadi dalam dua gelombang utama. Gelombang pertama diperkirakan terjadi sekitar 2500 SM hingga 1500 SM, yang juga dikenal sebagai periode Hoabinh dalam sejarah Nusantara. Gelombang kedua terjadi sekitar 500 SM.

Mereka terutama mendiami wilayah Vietnam, Thailand, Malaysia, Myanmar, Kamboja, serta Filipina dan kemudian menyebar ke seluruh Nusantara. Ras ini dianggap lebih maju dalam hal teknologi dan pertanian dibandingkan ras Australomelanesoid.

Kedua Ras Ini Diyakini…

…bertanggung jawab atas beragam budaya, adat istiadat, dan sekaligus membentuk keragaman genetik yang dijumpai di kawasan Nusantara saat ini. Mereka berkontribusi dalam menghasilkan keanekaragaman budaya dan genetik yang menjadi ciri khas dari populasi manusia di kawasan ini, misalnya keturunan suku Dayak di Kalimantan, suku Batak di Sumatera, suku Jawa di Jawa, dan suku-suku di Papua. Secara umum, ini merujuk pada proses asimilasi dan miscegenasi antara kedua ras ini dalam berbagai tingkat dan intensitas sepanjang waktu.

Sebagai catatan, penjelasan ini tentu memerlukan pemahaman bahwa penggunaan kategori ‘ras’ dalam antropologi tidak selalu jelas batasannya dan memiliki banyak tumpang tindih. Selain itu, pengetahuan kita tentang sejarah ini terus berkembang dengan adanya penelitian genetik dan arkeologi baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *