Budaya

Pada Saat Virus Berada dalam Tahap Lisogenik, Mengapa Tubuh Tidak Merasa Sakit? Hal Ini Disebabkan Virus: Bagaimana Mekanisme Kerjanya?

×

Pada Saat Virus Berada dalam Tahap Lisogenik, Mengapa Tubuh Tidak Merasa Sakit? Hal Ini Disebabkan Virus: Bagaimana Mekanisme Kerjanya?

Sebarkan artikel ini

Sebelum memahami mengapa tubuh tidak merasa sakit pada saat virus berada dalam tahap lisogenik, mari kita lebih dahulu memahami apa itu tahap lisogenik dan bagaimana virus beroperasi.

Tahap Lisogenik: Pengenalan dan Pembahasan

Tahap lisogenik adalah salah satu dari dua siklus kehidupan virus (yang lainnya adalah tahap litik). Tahap ini dimulai saat virus masuk ke dalam sel inang dan kemudian menyatu dengan DNA sel inang tersebut. Virus tersebut, sekarang disebut profag, menjadi bagian integral dari keturunan sel inang. Seiring berjalannya waktu, profag ini akan direplikasi bersama DNA sel inang sepanjang siklus hidup sel tersebut.

Mengapa Tubuh Tidak Merasa Sakit?

Tubuh tidak merasa sakit pada saat virus berada dalam tahap lisogenik karena, pada tahap ini, virus tidak merusak atau membunuh sel inang. Virus, dalam bentuk profag, co-eksistensi dengan sel inang dan menyatu dengan DNA sel inang tanpa menyebabkan respon patogenik. Virus secara efektif menjadi bagian dari sel, dan fungsi sel tetap normal.

Peran Virus dalam Tahap Lisogenik

Selama tahap lisogenik, virus tidak melaksanakan proses produksi atau pelepasan partikel virus baru. Sebaliknya, fokus utama virus adalah mengintegrasikan asam nukleatnya ke dalam genoma sel inang. Jadi, dalam kata lain, virus dalam tahap ini tidak dalam fase aktif atau reproduktif. Karena tidak ada sel yang rusak atau mati, sistem kekebalan tubuh tidak terganggu, yang mana biasanya menyebabkan gejala penyakit.

Kesimpulan

Jadi, ketika virus berada pada tahap lisogenik, tubuh tidak merasa sakit karena tidak ada kerusakan sel atau respons negatif yang dicetuskan oleh sistem kekebalan tubuh. Virus, sebagai profag, hidup dalam simbiosis dengan sel inang, melakukan replikasi dan transmisi tanpa mengganggu fungsi atau struktur sel inang. Hal ini adalah strategi bertahan hidup yang efektif untuk virus, memungkinkannya untuk “bersembunyi” dalam sel inang hingga kondisi memungkinkan untuk aktivasi dan reproduksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *