Sekolah

Seseorang Berbuat Baik Tetapi Diikuti Sumah atau Ingin Didengar Orang Lain Menurut Islam, Perbuatan Tersebut Termasuk………?

×

Seseorang Berbuat Baik Tetapi Diikuti Sumah atau Ingin Didengar Orang Lain Menurut Islam, Perbuatan Tersebut Termasuk………?

Sebarkan artikel ini

Dalam konsep Islam, tindakan seseorang tidak hanya diukur dari hasil akhir tetapi juga dari niat dan tujuan yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, segala bentuk amal baik yang dilakukan oleh seseorang tidak otomatis mendapatkan pahala jika niat di baliknya adalah bukan semata-mata untuk mencapai keridhaan Allah. Inilah yang disebut dengan sum’ah dalam agama Islam.

Sum’ah adalah tindakan menampilkan perilaku baik atau perilaku religius demi mendapatkan pujian, pengakuan, atau perhatian dari orang lain. Dalam hal ini, tujuan utama seseorang melakukan tindakan tersebut bukanlah karena Allah, tetapi karena ingin dilihat atau didengar orang lain.

Menurut hadits Nabi Muhammad SAW, riya’ dan sum’ah adalah bentuk syirik kecil dan dijauhi dalam Islam. Hadits tersebut menyebutkan: “Apa yang paling aku takutkan untuk kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Riya’ (pamer).” (HR Ahmad). Sum’ah sendiri seringkali dianggap sejenis dengan riya’ karena keduanya memiliki niat dan tujuan yang sama.

Dalam konteks soal di atas, jika seseorang berbuat baik tetapi diikuti oleh tindakan sum’ah atau ingin didengar orang lain, maka menurut Islam, perbuatan tersebut termasuk dalam riya’ atau sum’ah, yang merupakan bentuk syirik kecil.

Sebuah amal baik, sekecil apa pun, jika dilakukan dengan niat tulus hanya untuk mencapai ridha Allah, akan mendapatkan pahala. Namun, jika niatnya adalah sum’ah, walaupun amal tersebut tampak baik, tetapi tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah.

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menjaga niat dan tujuan dalam setiap tindakan. Niat tulus dan ikhlas hanya untuk Allah adalah syarat utama sebuah amal dapat diterima dan mendapatkan pahala dari-Nya. Sebaik-baiknya amal adalah yang dilakukan karena Allah dan bukan karena ingin dilihat atau didengar oleh orang lain.

Oleh karena itu, penting bagi mereka yang beriman untuk melakukan introspeksi diri, memeriksa dan memurnikan niat dalam setiap tindakannya. Memastikan bahwa setiap langkahnya yang diambil bukan sebagai bentuk sum’ah, tetapi semata-mata karena Allah, adalah tanggung jawab setiap muslim dan muslimah.

Reference:

  1. Ahmad, Z. (2007). Ensiklopedi hadits Nabawi. Jakarta: Litera AntarNusa.
  2. Al-Qardhawi, Y. (2007). The Lawful and the Prohibited in Islam (Vol. 13). American Trust Publications.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *