Budaya

Pemberhentian Sebuah Perkara yang Terbukti Melanggar Aturan Hukum dan Sudah Diproses Peradilan Dinamakan………

×

Pemberhentian Sebuah Perkara yang Terbukti Melanggar Aturan Hukum dan Sudah Diproses Peradilan Dinamakan………

Sebarkan artikel ini

Dalam sistem hukum, ada berbagai istilah dan prosedur yang digunakan untuk mengatur proses penegakan hukum dan peradilan. Salah satu istilah yang sering muncul dalam topik ini adalah “Penghentian Perkara”, yang kerap kali membingungkan dan membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Pengertian Penghentian Perkara

Penghentian perkara, dalam konteks hukum, pada dasarnya merujuk pada proses dimana perkara tersebut dihentikan, biasanya karena bukti yang tidak mencukupi, kasus telah diselesaikan atau alasan lainnya. Istilah ini merujuk pada berbagai situasi di mana otoritas hukum memilih untuk tidak melanjutkan dengan perkara atau penuntutan yang ada.

Tipe-tipe Penghentian Perkara

Ada beberapa jenis penghentian perkara atau penuntutan. Jenis-jenis ini meliputi:

  1. Penunjukkan tidak sah (Non Pros): Ini adalah tipe penghentian perkara yang digunakan ketika pengadilan menemukan bahwa proses hukum yang mengikat seseorang atau badan hukum tidak sah. Ini umumnya terjadi karena kesalahan teknis dalam penuntutan, seperti jika tuntutan dikeluarkan oleh otoritas hukum yang salah.
  2. Pelepasan (Nolle Prosequi): Ini adalah tipe penghentian perkara yang digunakan ketika jaksa memutuskan untuk tidak melanjutkan penuntutan. Alasan biasanya meliputi bukti yang tidak cukup, saksi yang tidak kooperatif, atau penemuan baru yang meragukan kesalahan terdakwa.

Sabagai jawaban atas pertanyaan, selaras dengan konteks yang diberikan (“Pemberhentian sebuah perkara yang terbukti melanggar aturan hukum dan sudah diproses peradilan”), penyelesaian perkara tersebut dikenal sebagai Pemberhentian Penyidikan dan Penuntutan (PENYIDIK/P-21).

Ini bisa terjadi jika perkara sudah diproses dalam peradilan dan terbukti melanggar aturan hukum, tetapi kemudian otoritas hukum memutuskan untuk tidak meneruskan penuntutan berdasarkan pertimbangan tertentu seperti tidak cukup bukti atau terdapat kekeliruan dalam proses peradilan.

Namun, perlu dicatat bahwa setiap negara dan sistem hukumnya mungkin memiliki istilah dan prosedur sendiri dalam hal penghentian perkara. Oleh karena itu, petunjuk ini sebaiknya dianggap sebagai panduan umum dan mungkin perlu disesuaikan dengan hukum lokal Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *