Untuk memahami bagaimana reaksi kaum Quraisy setelah mengetahui bahwa yang berbaring di tempat tidur Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, kita harus terlebih dahulu mengenal konteks sejarah peristiwa tersebut. Peristiwa ini terjadi selama proses Hira’ atau hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Rencana ini diputuskan setelah kaum Quraisy berencana untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Malam sebelum hijrah, Nabi mengunjungi rumah Abu Bakar dan memintanya untuk bersiap-siap. Ketika tiba saatnya, Nabi menugaskan Ali bin Abi Thalib, sepupunya, untuk berbaring di tempat tidurnya agar mengecoh musuh. Maksudnya adalah agar kaum Quraisy mengira bahwa yang berbaring di tempat tidur tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.
Reaksi Kaum Quraisy
Setelah mengetahui bahwa orang yang mereka kira adalah Nabi ternyata adalah Ali bin Abi Thalib, reaksi kaum Quraisy dipenuhi dengan kejutan, kemarahan, dan kebingungan. Ini bukan rencana yang mereka harapkan.
Kejutan ini berubah menjadi kemarahan karena mereka merasa ditipu oleh taktik licik Nabi dan pengikutnya. Namun di sisi lain, mereka juga merasakan kebingungan dan kehilangan. Para pemimpin Quraisy merasa dilecehkan dan diakali oleh taktik merajuk yang digunakan oleh Nabi dan para pengikutnya, dan ini semakin menambah intensitas permusuhan mereka terhadap Islam dan Nabi.
Kesimpulan
Reaksi kaum Quraisy ketika mengetahui bahwa yang berbaring di tempat tidur Nabi bukanlah Nabi sendiri tetapi Ali bin Abi Thalib merupakan campuran dari kejutan, kemarahan, dan kebingungan. Mereka merasa ditipu dan ini hanya semakin memperkuat kebencian dan permusuhan mereka terhadap Nabi dan pengikutnya. Meski begitu, peristiwa ini juga memperlihatkan keberanian dan dedikasi Ali bin Abi Thalib dalam mempertahankan agama dan Nabi.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah bahwa reaksi kaum Quraisy adalah campuran kejutan, kemarahan, dan kebingungan. Mereka merasa ditipu dan hal ini semakin memperkuat kebencian dan permusuhan mereka terhadap Nabi dan para pengikutnya.