Sosial

Transfusi Darah dari Donor yang Bergolongan Darah A ke Resipien yang Bergolongan Darah B: Menyebabkan Aglutinasi Katena Bertemunya

×

Transfusi Darah dari Donor yang Bergolongan Darah A ke Resipien yang Bergolongan Darah B: Menyebabkan Aglutinasi Katena Bertemunya

Sebarkan artikel ini

Transfusi darah adalah prosedur medis yang dilakukan untuk memberikan darah seseorang atau komponen darah ke dalam sirkulasi darah pasien. Transfusi darah ini penting dalam menyelamatkan nyawa pasien yang memerlukan darah, seperti dalam kasus kehilangan darah, gangguan pembekuan darah, atau penyakit darah lainnya. Salah satu aspek penting dalam melakukan transfusi darah adalah menilai kompatibilitas golongan darah antara donor dan penerima darah untuk menghindari terjadinya aglutinasi, yang bisa menimbulkan komplikasi serius dan bahkan kematian. Aglutinasi terjadi ketika antibodi dalam plasma darah penerima meresap ke sel darah merah (eritrosit) donor yang tidak sesuai, menyebabkan penggumpalan eritrosit.

Golongan darah merupakan klasifikasi darah yang didasarkan pada keberadaan antigen spesifik pada permukaan sel darah merah. Empat jenis golongan darah yang umum ditemui adalah A, B, AB, dan O. Setiap golongan darah memiliki antigen dan antibodi yang unik, sehingga mempengaruhi kemampuan mereka untuk kompatibel atau tidak dalam proses transfusi.

Kompatibilitas Golongan Darah

Ketika transfusi darah dilakukan antara donor dan penerima yang bergolongan darah yang berbeda, hal inilah yang bisa menyebabkan aglutinasi. Pada kasus transfusi darah dari golongan darah A ke golongan darah B, terdapat ketidakcocokan yang menyebabkan aglutinasi. Beberapa risiko ini meliputi:

  1. Reaksi antigen-antibodi: Resipien yang bergolongan darah B memiliki antibodi terhadap antigen A yang terdapat pada sel darah merah golongan darah A. Ketika terjadi transfusi darah dari donor yang bergolongan darah A ke resipien yang bergolongan darah B, antibodi pembunuh A yang ada dalam plasma penerima akan menyerang eritrosit golongan A, menyebabkan eritrosit menggumpal dan pecah.
  2. Hemolisis: Hemolisis adalah proses dimana sel darah merah pecah. Saat terjadi aglutinasi, sel darah merah yang menggumpal dan pecah akan menghasilkan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, yang jika tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan berpotensi mengancam nyawa seperti gagal ginjal akut, syok, dan kematian.
  3. Reaksi transfusi yang tidak langsung: Reaksi transfusi yang tidak langsung adalah reaksi yang terjadi setelah transfusi darah ketika antibodi yang ada dalam tubuh penerima meresap ke dalam sel darah merah yang ditransfusikan. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi.

Pentingnya Kompatibilitas Golongan Darah

Dapat dilihat bahwa pentingnya mengevaluasi kompatibilitas golongan darah sebelum melakukan prosedur transfusi darah adalah untuk menghindari terjadinya reaksi aglutinasi yang bisa mempengaruhi kesehatan penerima. Untuk menghindari komplikasi yang disebabkan oleh ketidakcocokan golongan darah antara donor dan pasien, layanan transfusi darah akan melaksanakan serangkaian tes untuk memastikan kompatibilitas golongan darah.

Transfusi darah yang aman memerlukan pemahaman yang baik tentang kompatibilitas golongan darah dan identifikasi golongan darah yang tepat untuk setiap pasien. Oleh karena itu, para ahli medis selalu menekankan pentingnya keakuratan dalam pengujian golongan darah dan menilai kompatibilitas golongan darah sebelum melakukan transfusi darah. Agar meminimalkan risiko dan menghindari reaksi aglutinasi, golongan darah kompatibel harus selalu digunakan dalam transfusi darah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *