Budaya

Sultan Malik as Saleh: Seorang Ulama yang Pernah Menjadi Pengajar Tasawuf yang Akhirnya Menjadi Raja di Kerajaan

×

Sultan Malik as Saleh: Seorang Ulama yang Pernah Menjadi Pengajar Tasawuf yang Akhirnya Menjadi Raja di Kerajaan

Sebarkan artikel ini

Sultan Malik as-Saleh adalah tokoh penting dalam sejarah Asia Tenggara dan dunia Islam. Ia dikenal sebagai ulama sekaligus raja yang menggabungkan aspek tasawuf dalam pemerintahan kerajaannya. Namun, siapakah sebenarnya Sultan Malik as-Saleh dan bagaimana ia bisa meraih posisi sebagai seorang ulama yang menjadi raja? Mari kita telusuri kisah hidupnya.

Awal Kehidupan dan Pembinaan Spiritual

Sultan Malik as-Saleh lahir pada abad ke-12 di Kerajaan Samudera Pasai, sebuah kerajaan perdagangan yang dikenal luas sebagai pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Dari usia muda, Malik as-Saleh telah menunjukkan minatnya pada agama Islam, terutama dalam bidang tasawuf. Dia diberi pendidikan yang cukup dalam tasawuf oleh guru-guru ulama terkenal. Malik as-Saleh kemudian mulai mengajar tasawuf, dan kemampuan serta kebijaksanaannya membuatnya dikenal sebagai seorang ulama terpandang.

Naik Thahta Menjadi Raja

Peran Malik as-Saleh bukan hanya sebatas ulama dan pengajar tasawuf. Takdir kemudian membawa Malik as-Saleh merangkak naik ke posisi tertinggi dalam kerajaan, menjadi raja. Kecerdasan dan hikmahnya yang besar dalam memahami dan mengajarkan tasawuf memberinya penghargaan dari rakyatnya, dan akhirnya mahkota kerajaan diberikan kepadanya.

Selama pemerintahannya, Sultan Malik as-Saleh mengimplementasikan prinsip-prinsip tasawuf dalam pemerintahan. Kebijakan-kebijakannya mencerminkan penekanan pada nilai-nilai batin dan spiritual yang diajarkan dalam tasawuf, seperti keadilan, welas asih, dan kerendahan hati. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana, adil, dan belas kasihan terhadap rakyatnya.

Kesimpulan

Perjalanan hidup Sultan Malik as-Saleh mendemonstrasikan kemungkinan penggabungan antara aspek spiritualitas Islam dan kepemerintahan. Ia tidak hanya mampu memimpin kerajaan dengan bijaksana dan adil, namun juga praktik tasawufnya memberikan pengaruh yang kuat pada kebijakan dan cara pemerintahannya. Kisah Sultan Malik as-Saleh menunjukkan bahwa, di dalam sejarah Islam, kepemimpinan dan spiritualitas bisa berjalan beriringan dan saling memperkaya satu sama lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *