Ilmu

Di Antara Para Ibu Ratu yang Terpukul Hatinya, Hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang Bisa Berpikir Sangat Tenang: Makna Kata Kias yang Digunakan Penulis untuk Membangkitkan Imajinasi Pembaca dalam Teks Novel Sejarah

×

Di Antara Para Ibu Ratu yang Terpukul Hatinya, Hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang Bisa Berpikir Sangat Tenang: Makna Kata Kias yang Digunakan Penulis untuk Membangkitkan Imajinasi Pembaca dalam Teks Novel Sejarah

Sebarkan artikel ini

Kekuatan sastra sering kali terletak pada kemampuan pengarang untuk menggali emosi dan pikiran dari pembacanya, sering kali melalui penggunaan kata-kata yang kaya dan imajinatif. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah penggunaan kata kiasan, sebuah elemen retorika yang membantu pembaca membentuk gambaran visual atau pengertian yang lebih dalam dari sebuah ide atau konsep. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan makna kata kias yang digunakan dalam teks novel sejarah, khususnya dalam kalimat “Di antara para ibu ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang bisa berpikir sangat tenang.”

Penggambaran ini tampaknya mencakup dua ibu ratu yang kontras. Di satu sisi, ada sekelompok ibu ratu yang dihantui oleh kesedihan dan keraguan, hati mereka ‘terpukul.’ Di sisi lain, ada Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri, yang mampu berpikir ‘sangat tenang’ di tengah badai emosi. Ini adalah alegori yang mengesankan, kontras yang tajam dan kuat antara keributan emosi dan kedamaian pikiran.

Makna kata kias ‘terpukul hatinya’ bisa berarti bahwa ibu-ibu ratu ini mengalami penderitaan emosional intens, seolah hati mereka telah digempur, ‘terpukul’ oleh beratnya sebuah tragedi atau konflik. Menggunakan kata kias ini, penulis berhasil menimbulkan citra kepedihan yang bisa dirasakan oleh pembaca.

Sementara itu, kata kias ‘bisa berpikir sangat tenang’ mungkin mencakup ide bahwa Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri, sebaliknya, mampu meredam kekacauan emosi dan memfokuskan diri pada logika serta pemikiran rasional. Kata kias ini membangkitkan citra seorang wanita tangguh, filsuf atau pemimpin yang mampu memisahkan diri dari emosi bergejolak untuk berpikir dengan jernih dan tenang.

Dengan dengan kata-kata yang dipilih secara hati-hati ini, penulis menunjukkan dua sisi kehidupan di istana, menciptakan gambaran yang kuat tentang konflik batin dan perjuangan antara emosi dan akal sehat. Kata-kata kias yang digunakan penulis menghidupkan karakter dan suasana dalam cerita, memberi pembaca kesempatan untuk merasakan dan memahami penokohan serta dinamika di dalamnya.

Jadi, jawabannya apa? Makna kata kias yang digunakan penulis adalah seni dari sastra, sebuah cara untuk menggunakan bahasa dan retorika agar bisa mempengaruhi emosi dan pikiran pembaca, menciptakan citra dan perasaan yang mendalam dan berkesan tentang karakter, konflik dan cerita itu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *