Perang Uhud merupakan perang kedua yang dialami oleh umat Islam setelah perang Badar. Perang ini terjadi pada 3 Syawal 3 H atau 625 M, di bukit Uhud, dekat Madinah. Beberapa detail dari pertempuran ini telah terekam dalam riwayat sejarah Islam. Salah satu salah satu detail tersebut adalah adanya pasukan Quraisy yang berhasil menyerang kaum Muslimin dari arah belakang. Pemimpin pasukan ini adalah Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid: strategis dan mematikan
Ketika perang Uhud terjadi, Khalid bin Walid masih berada di pihak Quraisy yang kafir. Dia adalah jenderal yang penuh dengan keahlian strategis. Saat perang Uhud, ia diberi komando atas pasukan kavaleri Quraisy. Kekuatan utama Khalid pada waktu itu adalah kemampuannya mengatur pasukan kavaleri dengan strategi yang dinamis.
Serangan dari belakang
Khalid bin Walid melihat kesempatan dalam posisi pasukan busur Muslim. Keadaan ini terjadi saat pasukan muslim mencapai kemenangan awal dan mulai mengejar pihak Quraisy yang melarikan diri. Di tengah euforia kemenangan, mereka melupakan perintah nabi Muhammad SAW untuk menjaga jabatan mereka di bukit. Khalid melihat ini sebagai kesempatan dan langsung membawa pasukannya menyerang pasukan Muslim dari belakang.
Dampak dari Serangan Khalid bin Walid
Serangan dari belakang ini menimbulkan dampak yang signifikan. Kaum Muslimin yang tadinya berada dalam posisi kemenangan harus menerima fakta bahwa mereka ditembus dari belakang oleh pasukan Khalid bin Walid. Akibat serangan ini, banyak sahabat Nabi yang gugur, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW.
Kemenangan Khalid bin Walid di perang Uhud ini membangkitkan reputasinya sebagai jenderal yang disegani. Kendati demikian, dalam beberapa tahun berikutnya, Khalid bin Walid memeluk Islam dan menjadi salah satu jenderal terkuat dalam sejarah Islam, berjasa dalam penyebaran Islam ke berbagai wilayah.