Sekolah

Berikan Gambaran Prinsip Pembuktian dalam PTUN yang Berbeda dengan Hukum Acara Perdata dan Pidana

×

Berikan Gambaran Prinsip Pembuktian dalam PTUN yang Berbeda dengan Hukum Acara Perdata dan Pidana

Sebarkan artikel ini

Hukum seringkali merupa-tirukan dunia dengan hukum dan peraturannya sendiri. Dalam hal prinsip pembuktian, berbagai jenis undang-undang memiliki pendekatan dan metode mereka sendiri, yang membantu mereka menyelesaikan masalah berdasarkan area hukum yang mereka tangani. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana prinsip-prinsip pembuktian dalam PTUN (Peradilan Tata Usaha Negara) berbeda dari hukum acara perdata dan pidana.

Prinsip Pembuktian dalam PTUN

Menurut Hukum No. 5 tahun 1986 tentang PTUN, prinsip-prinsip pembuktian menekankan pada keadilan dan kebenaran materiil. Artinya, prioritas utama adalah untuk membuktikan hakikat dan substansi dari apa yang telah terjadi. Metode pembuktian bisa berupa bukti tertulis, saksi-saksi, keterangan pihak, pengakuan dan petunjuk. PTUN juga menggunakan prinsip persentase, di mana bagi administrasi atau pihak yang diajukan tuntutannya memiliki beban pembuktian sebesar 50%, dan sisanya ditempatkan pada penggugat.

Prinsip Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata

Sementara itu, hukum acara perdata, seperti yang ditetapkan dalam hukum BVG (Burgerlijk Wetboek), lebih menekankan pada prinsip perdata formal. Artinya, substansi dari masalah tidak selalu menjadi prioritas utama, melainkan ada aturan prosedural tertentu yang harus diikuti. Beban pembuktian biasanya ditempatkan pada penggugat, dengan beberapa pengecualian.

Prinsip Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana

Sebaliknya, hukum acara pidana, yang diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana), berfokus pada konsep “terdakwa tidak bersalah sampai terbukti”. Beban pembuktian sepenuhnya ada pada pihak penuntut, yaitu Jaksa Penuntut Umum. Sistem pembuktian diadili dan ditentukan sepenuhnya oleh hakim, yang memutuskan berdasarkan “kepastian hukum” dan “hati nurani”.

Setiap jenis hukum memiliki cara sendiri dalam menangani proses pembuktian. Prinsip-prinsip ini dipengaruhi oleh tujuan dan prioritas hukum tersebut – apakah itu lebih fokus pada substansi (seperti dalam PTUN), formalitas prosedural (seperti dalam hukum perdata), atau pemastian bahwa kesalahan secara meyakinkan yang telah terjadi (seperti dalam hukum pidana).

Jadi, jawabannya apa?

Dalam hal prinsip pembuktian, PTUN, hukum acara perdata, dan pidana masing-masing menjadwalkan proses dan metode mereka sendiri berdasarkan karakteristik unik dari area hukum yang mereka tangani. Variasi ini membantu memastikan bahwa setiap situasi legal ditangani dengan cara yang paling tepat dan adil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *