Dalam memahami konsep Tauhid, ada dua sifat utama Allah yang harus menjadi pemahaman kita, sifat wajib dan sifat mustahil. Sifat wajib merupakan hal-hal yang harus ada pada Allah, sementara sifat mustahil adalah hal-hal yang tidak bisa ada pada-Nya. Hanya saja, terdapat beberapa penjelasan sifat wajib dan mustahil bagi Allah yang seringkali keliru. Oleh karenanya, artikel ini akan mencoba menegaskan pasangan antara sifat wajib dan mustahil bagi Allah yang benar, dan membandingkannya dengan yang sering disalahpahami.
Sesuai dengan aqidah ahlus-Sunnah wal Jama’ah, terdapat tujuh sifat wajib bagi Allah dan tujuh sifat yang mustahil bagi Allah. Antara lain:
- Sifat Wajib: Qidam (Ada sebelum segalanya), baqa’ (akan ada selamanya), mukhalafah lil hawadits (berbeda dengan makhluk), qaem bin-nafs (mandiri), wahdaniyah (esa), qudrat (maha kuasa), dan iradat (berkehendak)
- Sifat Mustahil: Huduts (berawal), fana’ (berakhir), tashbih (menyerupai makhluk), ihtiyaj (membutuhkan), tadad (berjumlah lebih dari satu), ajz (lemah), dan karahiyah (terpaksa)
Pasangan sifat tersebut mencakup semua kemungkinan yang terjadi pada tauhid, sehingga tidak ada hal yang kurang dan lebih. Namun, terdapat suatu penjelasan yang seringkali menjadi kesalahan dalam memahami Tauhid, yakni mengenai sifat mustahil ihtiyaj (membutuhkan).
Sebagai seorang Muslim, kita percaya bahwa Allah Maha Kuasa dan tidak membutuhkan apapun. Namun, kita juga sering mendengar bahwa Allah ‘mencintai’ hamba-Nya yang sholeh, atau Allah ‘menyukai’ kebaikan. Kalau ditinjau secara awam, ‘mencintai’ atau ‘menyukai’ adalah suatu kebutuhan – semenjak orang biasa mencintai atau menyukai sesuatu, itu karena ia memerlukannya. Lantas, bagaimana ini bisa dijelaskan?
Dalam konteks ini, ungkapan seperti ‘Allah mencintai’ atau ‘Allah menyukai’ sebenarnya adalah cara kita sebagai manusia untuk memahami konsep abstrak yang sulit dicerna oleh akal manusia. Intinya adalah, Allah memiliki kehendak, tapi bukan berarti Allah ‘membutuhkan’. Oleh karena itu, memahami sifat ‘mencintai’ atau ‘menyukai’ sebagai sifat ‘membutuhkan’ bagi Allah adalah salah.
Jadi, jawabannya apa? Pasangan sifat wajib dan mustahil bagi Allah semua benar, kecuali jika kita memahami sifat ‘mencintai’ atau ‘menyukai’ sebagai sifat ‘membutuhkan’ bagi Allah.