Ilmu

Sebelum Naskah Kuno Ditransliterasikan Biasanya Ditulis Menggunakan Jenis Huruf Tertentu, Seperti Halnya Pada Syair Cendawan Putih yang Ditemukan di Palembang. Jenis Huruf Apakah Yang Digunakan Pada Syair Cendawan Putih?

×

Sebelum Naskah Kuno Ditransliterasikan Biasanya Ditulis Menggunakan Jenis Huruf Tertentu, Seperti Halnya Pada Syair Cendawan Putih yang Ditemukan di Palembang. Jenis Huruf Apakah Yang Digunakan Pada Syair Cendawan Putih?

Sebarkan artikel ini

Transliterasi adalah suatu proses penulisan kata atau frasa dari bahasa satu ke bahasa lain dengan mempertahankan fonetik dan format aslinya sebisa mungkin. Sebelum proses transliterasi dilakukan pada naskah kuno, naskah tersebut biasanya ditulis dengan menggunakan sebuah jenis huruf atau aksara yang spesifik. Salah satu contoh yang dapat dipandang sebagai simbol kejayaan sastra dan kebudayaan Melayu klasik adalah naskah Syair Cendawan Putih.

Syair Cendawan Putih adalah karya sastra Melayu kuno yang ditemukan di Palembang, Sumatera Selatan. Menurut penelusuran sejarah, naskah ini ditulis pada abad ke-19 dan merupakan karya sastra lisan yang kala itu populer di masyarakat Melayu. Syair ini bercerita tentang seorang pemuda tampan yang berubah menjadi cendawan putih setelah mengkonsumsi makanan ajaib. Kisah dalam syair ini penuh dengan nilai-nilai moral dan adat Melayu serta simbolisme keagamaan.

Lantas, jika ditanya jenis huruf atau aksara apa yang digunakan dalam penulisan naskah asli Syair Cendawan Putih, jawabannya adalah aksara Jawi. Aksara Jawi adalah sebuah sistem penulisan yang dikembangkan berdasarkan aksara Arab. Pemakaian aksara ini pada Syair Cendawan Putih berkontribusi pada keaslian dan autentisitas karya tersebut dalam menggambarkan budaya dan tradisi Melayu klasik.

Aksara Jawi ini digunakan luas oleh masyarakat Melayu sebelum penggunaan abjad Latin menjadi lebih dominan. Perubahan ini seiring dengan pengaruh penjajahan Barat yang mendorong penggunaan abjad Latin. Meski demikian, aksara Jawi masih sering digunakan dalam berbagai konteks, seperti penulisan judul buku, nama jalan, dan dokumen-dokumen resmi.

Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa naskah kuno seperti Syair Cendawan Putih sebelum ditransliterasikan ke dalam abjad Latin biasanya ditulis menggunakan aksara kuno tertentu yang berkaitan dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Dalam hal ini, Syair Cendawan Putih ditulis menggunakan aksara Jawi.

Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah naskah Syair Cendawan Putih ditulis menggunakan aksara Jawi sebelum akhirnya ditransliterasikan ke dalam abjad Latin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *