Sosial

Mengapa Sosiologi Bersifat Non Etis Sebagai Ilmu Pengetahuan Tentang Masyarakat?

×

Mengapa Sosiologi Bersifat Non Etis Sebagai Ilmu Pengetahuan Tentang Masyarakat?

Sebarkan artikel ini

Sosiologi, sebagai ilmu pengetahuan, berusaha memahami dan menganalisis struktur, proses, dan perubahan dalam masyarakat. Namun, sering kali ada anggapan yang menyatakan bahwa sosiologi bersifat non etis. Hal ini sejatinya menjadi semacam kesalahpahaman mengenai peran dan fungsi sosiologi sebagai disiplin ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Untuk memahami hal tersebut, mari kita telusuri lebih lanjut pada penjelasan berikut.

Misinterpretasi Etis dalam Sosiologi

Ketika seseorang menuduh sosiologi sebagai “non-etis”, biasanya ini mengacu pada pemahaman tentang bagaimana sosiologi menentang nilai-nilai tertentu atau bagaimana ia berpotensi mengganggu keadaan sosial yang ada. Dalam pengertian ini, penyataan tersebut tidak benar. Sosiologi, sebagai ilmu, tidak bertugas untuk menentukan nilai atau untuk mempengaruhi masyarakat dengan cara tertentu. Tugas utamanya adalah untuk memahami masyarakat, tidak untuk mengubahnya.

Objektivitas dalam Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi wajib menjaga obyektivitas. Biarpun bidang studinya mengenai manusia dan interaksinya, sehingga sering kali terjalin sentimen pribadi atau bias, namun dalam menghasilkan pengetahuan, sosiologi berusaha untuk menjungjung tinggi konsep serta prinsip obyektif. Kemampuan sosiologis yang mampu melihat masalah atau fenomena sosial tanpa prasangka inilah yang menjadi daya saing sosiologi. Hal ini menegaskan bahwa sosiologi berusaha untuk menjalankan penelitiannya secara etis sejauh mana pun kemungkinannya.

Etika dalam Penelitian Sosiologi

Ketika melakukan penelitian, sosiologi memiliki serangkaian norma etis yang harus diikuti, yang termasuk dalamnya adalah menjaga privasi dan hak subjek penelitian, serta meminimalisir potensi bahaya atau risiko bagi narasumber. Metodologi penelitian dalam sosiologi senantiasa merujuk pada prinsip-prinsip etika yang ada, dan peneliti biasanya harus mendapatkan persetujuan dari lembaga etika penelitian sebelum memulai studi mereka. Ini semua membuktikan bahwa sosiologi tidak “non-etis.”

Kesimpulan

Akhirnya, konsep sosiologi sebagai ilmu yang “non-etis” muncul karena kesalahpahaman fundamental tentang tujuan dan metode sosiologi. Sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat, sosiologi menjalankan kajian dan penelitian dengan berpegang teguh pada prinsip etika. Dengan kata lain, sosiologi bukanlah ilmu pengetahuan yang “non-etis” tentang masyarakat, tetapi sebuah bidang studi yang penting dan etis mengenai bagaimana manusia berinteraksi dalam masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *