Budaya

Mengapa Seorang Muslim yang Sudah Mukallaf Tidak Boleh Hanya Bertaqlid Saja

×

Mengapa Seorang Muslim yang Sudah Mukallaf Tidak Boleh Hanya Bertaqlid Saja

Sebarkan artikel ini

Mengapa seorang muslim yang sudah mukallaf tidak boleh hanya bertaqlid saja? Kata “taqlid” dalam konteks ajaran Islam berarti menerima dan mengikuti ajaran atau pendapat seseorang tanpa penelitian dan pemahaman yang mendalam. Sementara itu, “mukallaf” merujuk kepada individu yang telah mencapai usia dan kondisi mental yang dianggap mampu untuk bertanggung jawab atas amal perbuatannya dalam hukum Islam.

Tingkatan Pengetahuan dan Pemahaman dalam Islam

Dalam Islam, semua umat Muslim dipanggil untuk mencapai tingkat pengetahuan dan pemahaman tertentu tentang ajaran agama mereka. Al-Quran sendiri mengandung seruan berulang kali untuk mempertanyakan, belajar, dan berpikir. Tidak cukup hanya menerima ajaran secara buta, namun harus ada upaya untuk memahaminya.

Hal ini juga ditekankan dalam sebuah hadith dari Rasulullah SAW yang berbunyi: “Barangsiapa Allah hendak kebaikan kepadanya, maka Allah akan memahamkan (mengajarkan) dia dalam urusan agama.” (HR. Bukhari). Hadith ini menunjukkan bahwa pemahaman yang dalam tentang agama adalah tanda kasih sayang Allah, dan bukannya sesuatu yang bisa disepelekan.

Dampak Taqlid Tanpa Pemahaman

Pada dasarnya, taqlid tanpa pemahaman bisa membahayakan iman seorang Muslim. Seseorang yang mengikuti ajaran atau fatwa tanpa memahami alasan dan latar belakangnya cenderung melaksanakan ibadah secara ritual saja, tanpa makna dan keterikatan emosional. Hal ini dapat mengurangi nilai dan kualitas ibadah tersebut di mata Allah.

Terlebih, jika seseorang hanya menerima tanpa memahami, ia bisa dengan mudah disesatkan oleh orang-orang yang menyampaikan ajaran-ajaran palsu atau menyalahgunakan agama untuk kepentingan mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslim yang sudah mukallaf untuk belajar dan memahami ajaran Islam dengan mendalam.

Menggali Makna Ibadah dan Ajaran

Seorang Muslim yang sudah mukallaf harus bertanggung jawab untuk memahami makna di balik setiap ibadah dan ajaran yang diterimanya. Misalnya, Shalat bukan hanya gerakan fisik saja, tetapi juga melibatkan kehadiran mental dan emosional dalam berkomunikasi dengan Allah. Begitu juga dengan zakat, puasa, haji, dan ajaran-ajaran lainnya.

Kesimpulan

Seorang Muslim yang sudah mukallaf adalah individu yang telah dewasa dan diharapkan untuk memahami agama mereka dengan lebih mendalam. Mereka tidak boleh hanya bertaqlid, atau menerima dan mengikuti ajaran tanpa pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, mereka seharusnya berusaha menggali dan memahami makna di balik setiap ajaran dan ibadah yang mereka lakukan.

Jadi, jawabannya apa? Sebuah pertanyaan ini membangkitkan semangat penelitian dan pengetahuan dalam agama dan menegaskan bahwa setiap Muslim harus berusaha memahami ajaran-ajaran agamanya, bukan hanya menerima dan mengikutinya buta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *