Demokrasi terpimpin memiliki sejarah yang rumit dalam konteks politik Indonesia. Konsep ini pertama kali dijelaskan oleh Presiden Soekarno dalam apa yang disebut sebagai Jalan Tengah Indonesia di antara komunisme dan liberalisme. Secara spesifik, ada beberapa isu penting mengenai penyimpangan dalam demokrasi terpimpin, terutama dalam konteks pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Sebelum kita membahas lebih jauh, penting untuk memahami bahwa MPRS didirikan sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki wewenang penuh mengenai pelaksanaan kedaulatan rakyat. Jadi, bagaimana eksistensi dan operasional MPRS bisa menjadi cerminan dari penyimpangan dalam demokrasi terpimpin?
Dalam Pembentukan MPRS
Salah satu kritik terhadap pembentukan MPRS dalam konteks demokrasi terpimpin adalah penerimaan anggota yang tidak merata. Penyimpangan dalam proses seleksi dan penunjukan anggota MPRS menjadi perwujudan nyata dari ketidakseimbangan kekuatan politik. Pembentukan badan ini menjadi tidak representatif dan cenderung didominasi oleh kelompok-kelompok tertentu.
Seorang ahli sejarah politik, Herbert Feith, mencatat bahwa dalam pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, ada kecenderungan Soekarno untuk menetapkan pembentukan lembaga-lembaga seperti MPRS tanpa proses pemilihan yang terbuka dan transparan. Ini berkontribusi pada fenomena ketidakseimbangan kekuatan politik, di mana kelompok tertentu mendapatkan prioritas dan kontrol yang tidak proporsional.
Impak pada Demokrasi Terpimpin
Penyimpangan ini memiliki dampak yang signifikan pada cara kerja Demokrasi Terpimpin. Ketidakseimbangan representasi politik dan kekuasaan menciptakan situasi di mana pemimpin dapat mengontrol lembaga-lembaga negara. Hal ini berpotensi membahayakan prinsip dasar demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat.
Selain itu, pengaturan ini juga menghambat proses legislasi dan kebijakan publik yang bersifat inklusif dan transparan. Kritikus berpendapat bahwa hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan berhentinya era Demokrasi Terpimpin dan beralih ke Orde Baru.
Jadi, jawabannya apa? Sebuah sistem demokrasi harus mampu mewakili seluruh elemen masyarakat dengan seimbang. Penyimpangan yang terjadi dalam pembentukan MPRS merupakan indikasi bahwa prinsip-prinsip demokrasi belum sepenuhnya dipahami dan diimplementasikan dengan benar. Dalam konteks ini, menjadi penting untuk belajar dari sejarah dan berusaha mencegah terulangnya kesalahan serupa di masa mendatang.