Sekolah

Orang yang Gemar Bersedekah dan Membayar Zakat Mustahil Memiliki Sifat…

×

Orang yang Gemar Bersedekah dan Membayar Zakat Mustahil Memiliki Sifat…

Sebarkan artikel ini

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bermazhab, sikap dan watak individu seringkali mencerminkan keyakinan dan nilai-nilai yang ada di hati mereka. Terlebih, dalam ajaran agama Islam, ada satu aspek yang sangat ditekankan, yaitu sikap kedermawanan, yang ditunjukkan melalui perilaku bersedekah dan membayar zakat. Lantas, bisa tidak seseorang yang rajin bersedekah dan membayar zakat memiliki sifat yang negatif?

Sederet pernyataan dalam literatur agama Islam menyatakan bahwa seseorang yang menjalankan zakat dan sadaqah secara rutin, ditunjukkan memiliki tanda kepribadian yang periang, sabar, dan tulus. Tidak hanya itu, mereka juga cenderung memiliki karakter yang ringan tangan dan suka menolong. Lantas, bagaimana jika ditemukan orang yang sering bersedekah dan membayar zakat tetapi masih memiliki sifat serakah atau iri hati?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, religiusitas dan psikologi seringkali berpotongan. Dalam ajaran agama dan pandangan psikologis, kemurahan hati adalah refleksi dari kepedulian terhadap orang lain dan niat untuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Sementara sifat serakah dan iri adalah pengekspresian dari hasrat untuk menjaga apa yang dimiliki dan tidak mampu merasa senang atas keberhasilan orang lain.

Namun, perlu dipahami bahwa manusia sesungguhnya adalah makhluk yang penuh dengan keragaman dan dinamika. Seorang individu yang rutin bersedekah dan membayar zakat tidak serta merta membuat mereka bebas dari sifat negatif lainnya. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan.

Namun, orang yang gemar bersedekah dan membayar zakat adalah mereka yang terus berusaha menyempurnakan diri. Mereka bertekad untuk memperbaiki diri dan selalu berupaya mengatasi segala bentuk kekurangan dan hambatan yang ada. Dalam pandangan Islam, proses ini dikenal dengan istilah ‘tazkiyatun nafs’ atau penyucian jiwa.

Mereka yang suka bersedekah dan membayar zakat, telah menjunjung tinggi salah satu pilar iman, yaitu zakat. Mereka telah menujukkan bahwa kekayaan yang mereka miliki bukanlah segalanya, tetapi hanya alat untuk mencapai kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Secara psikologi, orang yang suka bersedekah dan membayar zakat mempunyai tingkat empati yang tinggi. Mereka bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain dan berusaha meringankan beban orang lain. Sikap ini sebenarnya menyiratkan kepribadian yang peduli dan berbelas kasihan, yang berkebalikan dengan sifat serakah dan iri.

Jadi, orang yang gemar bersedekah dan membayar zakat, meskipun mungkin masih memiliki sifat-sifat negatif lainnya, namun cenderung sulit untuk memiliki sifat serakah dan iri hati. Mengapa demikian? Karena bersedekah dan membayar zakat itu sendiri merupakan perwujudan rasa empati dan perhatian terhadap orang lain. Praktik ini juga menunjukkan pemahaman bahwa semua yang kita miliki pada hakikatnya merupakan amanah yang seharusnya kita bagikan kepada yang lebih membutuhkan.

Jadi, jawabannya apa?

Orang yang gemar bersedekah dan membayar zakat, meskipun tidak serta merta sempurna, namun mereka ada dalam proses penyempurnaan diri. Mereka sudah berada di jalur yang tepat untuk menjauhkan diri dari sifat-sifat negatif seperti serakah dan iri hati. Maka, sangatlah sulit atau bahkan mustahil bagi mereka yang gemar bersedekah dan membayar zakat untuk memiliki sifat-sifat tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *