Umar bin Khattab, salah satu sosok paling dihormati dalam sejarah Islam, dikenal luas bukan hanya sebagai pejuang agama yang brilian, tetapi juga sebagai pemimpin negara yang bijaksana dan sederhana. Meski menjabat sebagai Kepala Negara atau khalifah kedua setelah Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab menghidupi kehidupan yang sama sederhananya seperti sebelumnya.
Sebagai Kepala Negara, Umar bin Khattab menunjukkan dedikasi dan pengabdian yang tak kenal lelah terhadap urusan rakyat dan negara. Sebaliknya, dia tidak membiarkan posisinya tersebut merubah cara hidupnya sehari-hari. Dia hidup dalam ketidakberlebihan, dengan makanan sederhana dan pakaian yang biasa saja. Dia juga membantu para fakir miskin dan sering memastikan bahwa mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Sangat penting untuk memahami bahwa meski menjabat sebagai Kepala Negara, Umar bin Khattab menempatkan komitmen terhadap nilai-nilai etika dan moral di atas segalanya. Dia percaya bahwa seorang pemimpin harus menjadi pelayan rakyatnya, bukan mengeksploitasi mereka. Prinsip ini tampaknya hilang dalam banyak pemimpin modern, namun inilah yang membuat Umar bin Khattab begitu berbeda dan dihormati.
Adalah kualitas ini, yakni kerendahan hati dan komitmen terhadap prinsip-prinsip etika dan moral, yang sangat mempengaruhi kebijakan dan tindakan Umar bin Khattab saat menjabat sebagai kepala negara. Dia memastikan bahwa keadilan dan kebenaran senantiasa ditegakkan, dan bahwa rakyatnya selalu dilayani dengan sebaik-baiknya.
Apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan Umar bin Khattab? Meskipun menjabat sebagai kepala negara, kita harus tetap menjaga dan memegang teguh nilai-nilai yang kita anut. Ketakwaan, kejujuran, dan pelayanan terhadap orang lain adalah beberapa hal yang perlu kita pertahankan, tidak peduli seberapa tinggi posisi kita.
Jadi, jawabannya apa? Meski sudah menjabat sebagai kepala negara, Umar bin Khattab tetap hidup dengan cara yang sama seperti sebelumnya, menjunjung tinggi etika dan moral, serta tetap berdedikasi melayani rakyatnya. Ini membuktikan bahwa posisi dan kekuasaan tidak perlu mengubah siapa kita sebenarnya.