Sebagai negara dengan sejarah yang kaya dan beragam, Indonesia memiliki banyak cerita heroik yang beradu di balik pencapaiannya yang monumental. Salah satu momen paling ikonis dalam sejarah Indonesia adalah penurunan bendera Belanda dan penaikkan bendera Merah Putih untuk pertama kalinya, menandai kemerdekaan Indonesia yang baru.
Para prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang sekarang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) memainkan peran penting dalam momen bersejarah ini. Namun, prajurit dari suatu unit khusus yang dikenal dengan sebutan Pembela Tanah Air (PETA) adalah orang-orang yang diberi tugas untuk menaikkan Bendera Merah Putih tersebut.
Prajurit PETA yang mendapat kehormatan tersebut adalah Latief Hendraningrat, seorang pahlawan nasional yang lahir di Garut, Jawa Barat. Ia ditunjuk oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dipercaya untuk menaikkan bendera Merah Putih dalam upacara yang berlangsung di Lapangan Ikada (sekarang Monumen Nasional atau Monas) pada 17 Agustus 1945.
Latief Hendraningrat telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa selama berada di PETA. Dia adalah seorang komandan yang sangat dihormati dan merupakan pilihan yang sempurna untuk ditunjuk dalam tugas ini.
Latief Hendraningrat merupakan sosok yang patut dihargai dan diingat. Sebagai prajurit PETA yang ditunjuk menaikkan bendera Merah Putih, dia menciptakan salah satu momen paling penting dan abadi dalam sejarah Indonesia. Dia membantu menampakkan identitas baru negara ini, memantik api patriotisme dalam hati jutaan orang, dan membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia telah berdiri dengan kuat dan merdeka.
Jadi, jawabannya apa?
Prajurit PETA yang ditunjuk menaikkan bendera Merah Putih adalah Latief Hendraningrat, pahlawan nasional kita. Dia adalah saksi hidup penurunan bendera Belanda dan penaikkan bendera Merah Putih – simbol dari bangsa yang baru lahir dan bebas.
