Sosial

Pada Zaman Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda Membangun Sekolah-Sekolah yang Berbeda kepada Keturunan Belanda dan Kaum Pribumi. Hal itu Merupakan Penghambat Terjadinya Mobilitas Sosial Karena Faktor…

×

Pada Zaman Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda Membangun Sekolah-Sekolah yang Berbeda kepada Keturunan Belanda dan Kaum Pribumi. Hal itu Merupakan Penghambat Terjadinya Mobilitas Sosial Karena Faktor…

Sebarkan artikel ini

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda di Hindia (sekarang Indonesia) telah mendirikan sistem pendidikan dualis di mana penduduk pribumi dan keturunan Eropa mendapatkan pendidikan yang berbeda. Sistem ini memiliki dampak mendalam pada mobilitas sosial di kalangan penduduk lokal dan keturunan Eropa.

Pendidikan sebagai Alat Kontrol Kolonial

Pendidikan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah penjajah Belanda untuk mempertahankan kekuasaannya. Sekolah-sekolah yang didirikan untuk kaum pribumi umumnya lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang diperuntukan bagi keturunan Eropa. Pendidikan bagi kaum pribumi lebih diarahkan untuk menciptakan buruh dan pekerja rendahan yang memenuhi kebutuhan ekonomi koloni.

Dampak terhadap Mobilitas Sosial

Perbedaan dalam sistem pendidikan ini menghalangi terciptanya mobilitas sosial di antara penduduk pribumi. Para pribumi yang bersekolah di institusi pendidikan Belanda sering kali mendapati diri mereka terjebak dalam pekerjaan berstatus rendah yang tidak memberikan banyak peluang untuk kemajuan sosial atau ekonomi. Sementara itu, keturunan Eropa yang mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi memiliki akses ke pekerjaan berstatus tinggi dan pendapatan yang lebih besar.

Diskriminasi Rasial dalam Pendidikan

Perbedaan ini juga mendorong diskriminasi rasial dalam pendidikan. Kaum pribumi diperlakukan sebagai warga kelas dua dan diberikan pendidikan yang lebih rendah. Sementara keturunan Eropa dianggap superior dan diberikan pendidikan yang lebih baik. Diskriminasi ini bukan hanya terjadi di seragam sekolah atau kurikulum, tetapi juga dalam pengajaran dan perlakuan dari guru dan staf sekolah.

Kesimpulan

Jadi, pendirian sekolah-sekolah berbeda bagi kaum pribumi dan keturunan Belanda di zaman penjajahan adalah faktor penghambat mobilitas sosial. Saat ini, Indonesia merdeka dan berdaulat, dan sistem pendidikan telah mengalami banyak perubahan. Meskipun demikian, pengaruh dari sejarah penjajahan tersebut masih dapat dirasakan dan memberi kita pelajaran tentang pentingnya sistem pendidikan yang setara dan masyarakat yang menghargai kesetaraan dan keadilan sosial bagi semua orang, tanpa memandang asal usul atau ras.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *