Budaya

Kritik Pedas kepada Daendels tentang Pembangunan Jalan Raya yang Menghubungkan Anyer hingga Panarukan adalah Berkaitan dengan…

×

Kritik Pedas kepada Daendels tentang Pembangunan Jalan Raya yang Menghubungkan Anyer hingga Panarukan adalah Berkaitan dengan…

Sebarkan artikel ini

Pada awal abad ke-19, Gubernur Jenderal Belanda, Herman Willem Daendels, membangun jalan raya sepanjang 1000 km yang menghubungkan Anyer sampai Panarukan. Jalan ini juga dijuluki sebagai ‘Daendels Highway’. Meskipun jalan ini memiliki nilai strategis yang signifikan, banyak kritik pedas yang muncul terkait dengan bagaimana proyek ini dilaksanakan. Kritik pedas tersebut pada dasarnya berkaitan dengan tiga poin utama: perlakuan buruk terhadap pekerja lokal, pembangunan jalan yang merusak lingkungan, dan biaya pembangunannya yang tinggi.

Perlakuan Buruk terhadap Pekerja Lokal

Kritik utama terhadap Daendels berkaitan dengan perlakuan buruknya terhadap pekerja bangunan lokal. Mereka diperintahkan untuk bekerja dibawah kondisi yang sangat melelahkan dan berbahaya, dengan kompensasi yang tidak sepadan. Banyak pekerja yang kelelahan akibat bekerja selama berjam-jam dan banyak juga yang meninggal karena kecelakaan kerja dan penyakit.

Pembangunan Jalan Yang Merusak Lingkungan

Pembangunan jalanan ini juga berdampak signifikan terhadap lingkungan. Banyak hutan yang harus ditebang untuk membuat ruang bagi jalanan baru, hasilnya adalah kerusakan habitat alami dan kehilangan biodiversitas. Selain itu, pembangunan jalan juga memicu erosi tanah dan polusi air, yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Biaya Pembangunan yang Tinggi

Akhirnya, biaya pembangunan jalan raya ini adalah subjek kritik intens. Dalam sebuah perioda yang tidak stabil secara ekonomi, banyak yang merasa bahwa dana tersebut seharusnya dialokasikan untuk kegiatan ekonomi produktif lainnya, tidak hanya untuk membangun jalan raya yang terutama digunakan oleh tentara kolonial Belanda. Ini menimbulkan perasaan ketidakadilan dan pengabaian terhadap kebutuhan rakyat, yang akhirnya memicu ketidakpuasan dan pemberontakan.

Dalam kesimpulannya, kritik pedas kepada Daendels tentang pembangunan jalan raya dari Anyer hingga Panarukan bukanlah masalah sederhana. Hal ini melibatkan perlakuan buruk terhadap pekerja lokal, kerusakan lingkungan, dan biaya pembangunannya yang tinggi. Meski jalan ini tetap berdiri hingga hari ini sebagai jalan raya penting di Indonesia, sejarahnya tetap menjadi pelajaran berharga tentang beratnya biaya dari kolonialisme.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *