Sosial

Cerita Fantasi yang Tidak Dikendalikan Sehingga Seolah-olah Orang yang Berfantasi Hanya Pasif Sebagai Wadah Tanggapan Disebut

×

Cerita Fantasi yang Tidak Dikendalikan Sehingga Seolah-olah Orang yang Berfantasi Hanya Pasif Sebagai Wadah Tanggapan Disebut

Sebarkan artikel ini

Dalam bidang psikologi dan sastra, terdapat berbagai cara seseorang merasakan dan mengekspresikan imajinasi mereka. Salah satunya adalah melalui proses fantasi — yang mana ia mengambil peran aktif dalam proses membentuk cerita dalam pikirannya. Namun, apa yang terjadi saat seseorang merasa mereka tiba-tiba berada di dalam cerita yang sepertinya berjalan dengan sendirinya, tanpa mengendalikannya? Kenyataannya adalah bahwa fenomena ini cukup umum dan memiliki nama khusus: disebut pasif fantasizing atau daydreaming pasif.

Bagaimana Pasif Fantasizing itu Bekerja?

Pasif fantasizing adalah kondisi dalam imajinasi atau fantasi seseorang dimana mereka merasa tidak memiliki kendali atas skenario yang mereka ciptakan. Mereka hanyalah seorang penonton, atau mungkin seorang aktor tanpa naskah, yang harus merespon dan beradaptasi dengan peristiwa yang terjadi dalam fantasi mereka.

Saat seseorang melakukan pasif fantasizing, seolah-olah mereka hanya menjadi penumpang dalam perjalanan imajinasi mereka sendiri. Mereka merasakan pengalaman tersebut dengan intens, namun tampaknya tanpa kemampuan langsung untuk merubah arah atau kejadian dalam cerita tersebut.

Dampak Psikologis dari Pasif Fantasizing

Pasif fantasizing adalah fenomena yang dapat mempengaruhi seseorang secara psikologis. Secara umum, ini bisa menjadi proses penyembuhan dan refleksi diri — menciptakan ruang mental dimana individu dapat merenungkan, mengolah, dan berdamai dengan pengalaman mengganggu atau emosional mereka.

Namun, fenomena ini juga bisa memiliki sisi negatifnya. Jika seseorang terjebak dalam siklus berkelanjutan dari pasif fantasizing, mereka mungkin merasa tidak berdaya atau terlepas dari realitas sebenarnya — yang berpotensi memicu depresi atau kecemasan.

Mengolah Pasif Fantasizing

Untuk orang yang mengalami pasif fantasizing, penting untuk mereka mengerti bahwa ini adalah bagian dari proses mental yang normal. Tentunya, jika fenomena ini telah mengganggu fungsi sehari-hari, mungkin pertanda baik untuk mencari bantuan profesional.

Praktik mindfulness atau meditasi sering kali sangat membantu dalam mempertajam kemampuan seseorang untuk “menyadari” dan “mengendalikan” fantasi atau pikiran mereka. Dengan latihan dan konsistensi, seseorang dapat belajar untuk mengarahkan imajinasi mereka, dan tidak hanya menjadi penumpang pasif dalam pelayaran fantasi mereka.

Selain itu, terapi kognitif perilaku (CBT) dapat menjadi alat yang efektif. CBT berkonsentrasi pada memberikan individu teknik konkrit untuk mengendalikan dan mengubah pola pikiran negatif atau tidak sehat — termasuk siklus pasif fantasizing.

Kesimpulan

Pasif fantasizing adalah fenomena mental di mana seseorang merasakan diri mereka sebagai penumpang pasif dalam fantasi atau cerita mereka. Meskipun bisa menjadi refleksi atau teknik penyembuhan, jika tidak dikendalikan, hal ini bisa menjadi pengalihan dari realitas dan memicu masalah kesehatan mental. Untungnya, ada cara untuk mengolah dan mengelola fenomena ini — melalui praktik seperti mindfulness, meditasi, dan terapi kognitif perilaku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *