Dalam konteks spirituil, tawakal adalah suatu konsep yang mengikat antara usaha manusia dan kerendahan hati dalam menerima takdir yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Konsep ini sangat erat dengan orang-orang yang beriman, dimana mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka namun tetap mempercayai bahwa apa yang terjadi di akhir adalah hasil dari kehendak Tuhan. Lalu, ketika mereka berhasil, apa yang mereka yakini tentang kesuksesan tersebut?
Penilaian atas Kesuksesan
Ketika seseorang yang tawakal meraih keberhasilan, mereka cenderung melihatnya sebagai hasil dari kerja sama antara usaha mereka sendiri dan kehendak Tuhan. Mereka meyakini bahwa kesuksesan mereka bukanlah hasil dari kekuatan atau usaha mereka sendiri, melainkan karena Allah memberi mereka kemampuan dan kemudahan dalam meraihnya.
Kesuksesan sebagai Anugerah dan Ujian
Bagi orang yang tawakal, kesuksesan dilihat sebagai anugerah dari Tuhan yang perlu disyukuri. Itu adalah bukti dari kasih sayang-Nya, dan mereka merasa berhak menggunakannya untuk kebaikan. Namun, mereka juga menyadari bahwa kesuksesan ini bukanlah tanpa tujuan. Kesuksesan bisa menjadi ujian bagi iman dan sikap mereka, apakah mereka akan tetap rendah hati dan menggunakan kesuksesan itu untuk kebaikan, atau sebaliknya.
Kesuksesan sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Tuhan
Orang yang tawakal memandang kesuksesan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka memahami bahwa semakin mereka berhasil, semakin banyak kewajiban dan tanggung jawab yang harus mereka pikul. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan rasa syukur mereka dalam bentuk tindakan nyata, baik kepada masyarakat juga kepada Sang Pencipta.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, orang yang tawakal memandang kesuksesan sebagai anugerah dari Tuhan, ujian untuk karakter dan iman mereka, serta sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Perspektif ini sejalan dengan konsep tawakal itu sendiri, yaitu menggabungkan usaha keras dengan penyerahan diri terhadap kehendak Tuhan.