Sosial

Dongeng Orang-Orang Dahulu: Ejekan Orang-Orang Kafir Saat Dibacakan Ayat-Ayat Al-Qur’an

×

Dongeng Orang-Orang Dahulu: Ejekan Orang-Orang Kafir Saat Dibacakan Ayat-Ayat Al-Qur’an

Sebarkan artikel ini

Islam, sebagai agama monoteistis, mengajarkan kepada pengikutnya untuk menjalani hidup dengan seksama, bachir dan taat kepada aturan-Nya. Dasar prinsip-prinsip ini terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Namun, ada waktu di masa lalu, ketika ayat-ayat Al-Qur’an ditujukan kepada mereka yang melakukan pelanggaran dan perilaku yang melampaui batas, mereka menjawabnya dengan ejekan. Ejekan tersebut disampaikan dalam lafaz yang terjemahannya adalah “dongeng orang-orang dahulu”.

Fakta Sejarah

Pada era kemunculan Islam di Jazirah Arab, masyarakat berada dalam kondisi jahiliyah, sebuah periode ketika masyarakat berada dalam kegelapan ilmu dan moral. Saat ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan untuk mengoreksi perilaku mereka yang melampaui batas, banyak di antara mereka yang menentang.

Orang-orang kafir pada masa tersebut mengejek ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan dengan menyebutnya sebagai “dongeng orang-orang dahulu”. Mereka menganggap bahwa kebenaran yang diberikan oleh Al-Qur’an hanyalah dongeng atau cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi sebelumnya.

Makna Ejekan “Dongeng Orang-Orang Dahulu”

Ejekan “dongeng orang-orang dahulu” bukanlah sekadar ejekan, tetapi juga perwujudan penolakan terhadap ajaran baru yang datang melalui wahyu Al-Qur’an. Meskipun Al-Qur’an membawa ajaran-ajaran baru yang memberikan petunjuk jelas dan kode etik bagi kehidupan sehari-hari, sebagian besar orang Arab pada saat itu memilih menolaknya.

Mereka merasa nyaman dengan kehidupan mereka yang penuh dengan tradisi lama, bahkan ketika perilaku mereka menyalahi hukum agama baru ini. Mereka beranggapan bahwa ajaran dalam Al-Qur’an hanyalah cerita atau dongeng yang diciptakan oleh manusia, bukan perintah yang harus mereka patuhi.

Pelajaran dari Ejekan Orang-Orang Kafir

Pelajaran yang bisa kita ambil dari fenomena ini adalah bagaimana kita seharusnya menerima dan menghargai kebenaran, meski kebenaran tersebut tampak sulit atau menantang. Al-Qur’an datang tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi juga sebagai panduan hidup yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.

Melalui perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, kita melihat bagaimana beliau tetap tabah dan sabar menghadapi antagonisme dan ejekan seperti “dongeng orang-orang dahulu”. Melalui kesabaran dan ketabahan ini, akhirnya Al-Qur’an mendapatkan pengakuan dan diterima oleh banyak orang sebagai pedoman hidup mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *