Diskusi

Perpecahan Sarekat Islam Menjadi SI Putih dan SI Merah Dilatarbelakangi oleh Apa?

×

Perpecahan Sarekat Islam Menjadi SI Putih dan SI Merah Dilatarbelakangi oleh Apa?

Sebarkan artikel ini

Sarekat Islam merupakan organisasi politik dan keagamaan terbesar di Indonesia pada masa kolonial Belanda. Organisasi yang didirikan pada tahun 1912 ini mengalami perpecahan besar pada tahun 1921, yang memisahkan organisasi menjadi dua faksi utama, yakni “SI Putih” dan “SI Merah”. Namun, apa sebenarnya yang melatarbelakangi perpecahan ini? Berikut penjelasan lebih mendalam.

Latar Belakang

Sebelum perpecahan, Sarekat Islam adalah organisasi yang memiliki visi dan misi menjaga dan memajukan kepentingan kaum Muslim di Indonesia, serta berjuang melawan penjajahan. Perpecahan internal ini dipicu oleh banyak faktor, dari ideologis sampai pilihan strategis.

Faktor Ideologis

Perpecahan antara SI Putih dan SI Merah dapat melibatkan perbedaan ideologi politik, terutama terkait pandangan tentang sosialisme. SI Merah mempunyai kecondongan ke arah sosialisme, sedangkan SI Putih mempertahankan asas kaummnya yang a priori adalah Islam.

Pertentangan Strategis

Strategi dalam menghadapi penjajah juga menjadi perdebatan yang sering muncul. SI Merah berpandangan bahwa perjuangan harus dilakukan secara radikal melalui pemberontakan langsung terhadap penjajah, sedangkan SI Putih lebih condong kepada perjuangan diplomatis melalui jalur negosiasi dan persuasi.

Faktor Eksternal

Tak hanya faktor internal, faktor eksternal juga berpengaruh seperti tekanan dan intervensi pemerintah kolonial Belanda. Pada masa itu, pemerintah Belanda berupaya memecah belah dan melemahkan gerakan nasional Indonesia, termasuk Sarekat Islam.

Selain itu, kemunculan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga berdampak pada dinamika internal Sarekat Islam. Sebagian anggota SI terpolarisasi dan mendukung ideologi komunis yang dibawa PKI. Hal ini memperbesar ketegangan antara SI Merah dan SI Putih.

Kesimpulan

Perpecahan Sarekat Islam menjadi SI Putih dan SI Merah adalah fenomena multifaktorial, yang melibatkan perbedaan ideologi, kebijakan strategis, serta pengaruh eksternal. Meski begitu, kedua fraksi ini berjuang untuk tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan Indonesia. Perpecahan ini memberi pelajaran penting tentang pentingnya persatuan dan solidaritas dalam menghadapi penjajahan dan opresi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *