Berbagai sekolah di seluruh negeri mempercayakan produksi seragam sekolah mereka kepada siswa-siswa di SMK jurusan Tata Busana. Dalam pengamatan ini, kita mengambil contoh produksi seragam sekolah putih abu-abu yang dilakukan oleh siswa di salah satu SMK.
Pada bulan pertama, hasil produksi pakaian ini mencapai 80 setel. Ini sudah merupakan sebuah pencapaian yang cukup mengesankan, namun apa yang lebih mengagumkan adalah bahwa setiap bulan setelahnya, hasil produksi tersebut meningkat sebanyak 10 setel. Dengan demikian, ini membentuk deret aritmetika dengan suku pertama 80 dan beda 10.
Untuk mencari tahu banyak hasil produksi selama 6 bulan pertama, kita dapat menggunakan rumus jumlah suku deret aritmetika:
Jumlah suku = n/2 * (2*a + (n-1)*d)
di mana n adalah jumlah suku (dalam kasus ini 6 bulan), a adalah suku pertama (80 setel), dan d adalah beda (10 setel).
Dengan memasukkan angka-angka ini ke dalam rumus, kita mendapatkan:
Jumlah suku = 6/2 * (2*80 + (6-1)*10) = 3 * (160 + 50) = 3 * 210 = 630 setel
Jadi, hasil produksi seragam sekolah putih abu-abu oleh siswa-siswa SMK jurusan Tata Busana selama 6 bulan pertama adalah 630 setel.
Hal ini mencerminkan dedikasi dan kerja keras siswa-siswa ini dalam belajar dan mengaplikasikan keterampilan mereka dalam Tata Busana. Mereka tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga menerapkannya dalam praktik dan menghasilkan produk nyata yang memiliki dampak langsung dalam komunitas mereka.
Meningkatnya produksi setiap bulan juga menunjukkan bahwa mereka terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka. Setiap peningkatan intensifitas produksi mereka membantu untuk mendekatkan diri mereka ke tujuan mereka untuk menjadi pakar di bidang ini.
Sekolah juga harus diakui dalam mendukung siswa-siswa ini. Dengan menyediakan peluang bagi siswa untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek nyata seperti ini, sekolah membantu mereka untuk berinteraksi langsung dengan industri dan mempersiapkan mereka untuk karir di masa depan dalam Tata Busana.