Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah tanaman perairan tropis yang sering ditemui hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meskipun kerap dilihat sebagai tanaman hama yang merusak ekosistem perairan, eceng gondok sebenarnya memiliki manfaat penting dalam sistem pembuangan dan penjernihan air ketika digunakan dengan tepat.
Mekanisme Pengerjaan
Mekanisme kerja eceng gondok dalam pembuatan alat pemurnian air melibatkan beberapa tahapan yang alami:
- Fitoremediasi: Proses ini melibatkan eceng gondok dalam menghilangkan polutan berbahaya dari air melalui akarnya. Tanaman ini mampu menyerap berbagai jenis logam berat dan polutan organik dari air dan mengubahnya menjadi biomassa tanaman.
- Penyerapan dan Bioakumulasi: Jaringan akar eceng gondok dapat menyerap dan menimbun polutan di dalam selnya, termasuk logam berat seperti timbal, seng, tembaga, dan kromium. Proses ini dikenal sebagai bioakumulasi.
- Biodegradasi: Selain itu, eceng gondok juga mampu mendegradasikan bahan organik dalam air, seperti minyak dan deterjen, menjadi bahan yang lebih ramah lingkungan.
- Peningkatan Oksigen Terlarut: Keberadaan tanaman ini dalam air juga bisa menambah kandungan oksigen terlarut, hal yang penting untuk mendukung kehidupan biota air.
Aplikasi dan Implementasi
Eceng gondok biasanya diaplikasikan dalam teknologi biofilter, sebuah sistem penjernihan air yang melibatkan organisma hidup. Dalam hal ini, jaringan akar eceng gondok menjadi media yang membantu mengeluarkan polutan dari air.
Alat pemurnian air dengan mengandalkan eceng gondok biasanya ditempatkan pada suatu kolam atau bak pengendapan. Air kotor yang mengandung berbagai polutan akan masuk ke dalam kolam tersebut. Di kolam itu, eceng gondok akan mulai melakukan pekerjaannya, yaitu menyerap berbagai polutan yang ada.
Salah satu keuntungan menggunakan eceng gondok untuk pemurnian air adalah kemampuannya untuk berkembang dan bertahan dalam lingkungan yang tercemar. Manfaat lainnya, proses ini memberikan solusi yang ramah lingkungan dan biaya yang relatif rendah dibandingkan metode lainnya.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan eceng gondok sebagai alat pemurnian air harus ditangani dengan hati-hati. Walaupun eceng gondok memiliki keahlian melakukan fitoremediasi, tetap saja eceng gondok bisa menjadi invasif apabila tidak dikelola dengan tepat.
Diharapkan melalui pengetahuan mekanisme kerja dan manfaatnya, masyarakat bisa memanfaatkan eceng gondok sebagai alat pemurnian air dan sekaligus mengurangi penyebaran tanaman ini yang berlebihan.