Pantun adalah bentuk puisi lama yang merupakan ciri khas sastra Melayu. Pantun terdiri dari empat baris dengan rima akhir a-b-a-b dan biasanya terdiri dari dua bagian: sampiran (dua baris pertama) dan isi (dua baris terakhir).
Judul pertanyaan tersebut merupakan sampiran dari sebuah pantun. Sesuai dengan struktur pantun, sampiran biasanya tidak memiliki kaitan langsung dengan isi pantun. Sampiran biasanya berisi deskripsi alam atau aktivitas sehari-hari yang berfungsi untuk menarik perhatian dan menjalin suasana.
Berikut beberapa contoh kalimat yang bisa melengkapi pantun dengan sampiran “Kemumu di dalam semak jatuh melayang selaranya”:
- Kemumu di dalam semak jatuh melayang selaranya,Bermanis di sore hari seperti pujangga menari.Seperti kata dalam setiap doa,Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.
- Kemumu di dalam semak jatuh melayang selaranya,Mencari makan untuk anak dengan cara sembunyi hatinya.Seperti ibu yang mencari nafkah,Tiada lelah untuk kebaikan anak-anaknya.
- Kemumu di dalam semak jatuh melayang selaranya,Elang terbang tinggi di atas pucuk gunung raya.Usahlah bersedih meski hati berbunga,Hadapilah hidup ini dengan jiwa yang tenang.
Pantun dapat terbentuk dengan kreativitas dan imajinasi pengarangnya. Asalkan mengikuti pola dan struktur pantun, serta selaranya pada sampiran dan isi yang sesuai, pantun bisa menjadi indah dan memiliki makna mendalam. Pada akhirnya, pantun adalah cara yang indah untuk menyampaikan pesan dan merayakan kekayaan bahasa dan budaya.