Diskusi

Bahasa Kias yang Dinyatakan dengan Kalimat Selesai Tetapi Sekolah di Patah-Patah-kan Disebut

×

Bahasa Kias yang Dinyatakan dengan Kalimat Selesai Tetapi Sekolah di Patah-Patah-kan Disebut

Sebarkan artikel ini

Dalam mempelajari bahasa, kita seringkali menghadapi berbagai cara untuk berkomunikasi dan menyampaikan makna. Salah satunya ialah menggunakan bahasa kiasan atau metafora. Mungkin Anda pernah bertanya-tanya, apa itu bahasa kias yang dinyatakan dengan kalimat selesai tetapi sekolah di patah-patah kan?

Pengertian Bahasa Kias

Bahasa kias atau metafora adalah suatu ungkapan yang menggunakan suatu gambaran atau pertukaran untuk mendeskripsikan suatu konsep atau ide. Bahasa kias biasanya tidak diartikan secara harfiah tetapi melalui penafsiran konteks atau perumpamaan.

Pemahaman Tentang Sekolah ‘Patah-Patah’

Akhir-akhir ini, mengenai pendidikan, kita sering mendengar istilah ‘sekolah patah-patah’. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sistem pendidikan yang diterapkan di beberapa negara saat pendemi COVID-19. Istilah ini merujuk kepada penerapan model belajar secara tatap muka dan online secara bergantian. Model ini diperkenalkan untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan dalam upaya meminimalisir penyebaran virus.

Bahasa Kias: Sekolah ‘Patah-Patah’

Jadi, apa maksud dari “bahasa kias yang dinyatakan dengan kalimat selesai tetapi sekolah di patah-patah kan” disebut?

Ungkapan tersebut mungkin merujuk pada perubahan yang drastis yang dialami oleh siswa di sekolah, dimana mereka harus beradaptasi dengan model belajar baru yang terfragmentasi atau “patah-patah”. Dalam konteks ini, “kalimat selesai” mungkin merujuk pada keadaan normal sebelumnya, di mana sekolah biasa berjalan tanpa interupsi atau perubahan jadwal yang signifikan.

Inilah keindahan bahasa kias, ia dapat merangkum berbagai konsep atau situasi menjadi frasa atau kalimat sederhana, namun kaya dengan makna dan penafsiran. Namun, untuk memahaminya dengan benar, kita harus memahami konteks di mana bahasa kiasan itu digunakan.

Dalam hal ini, kalimat metaforik, “sekolah di patah-patah kan” seolah memvisualisasikan keadaan sekolah saat pendemi — belajar tatap muka yang biasanya berlangsung kontinu tiba-tiba menjadi terputus-putus dan tidak seperti biasanya. Meski terdengar menggelikan, inilah realita edukasi di era pandemi ini. Dengan kata lain, secara tidak langsung kita telah ‘mematahkan’ sistem pendidikan konvensional dan memasuki pola baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *