Sekolah

Meskipun Sudah Berumur, Ibuku Masih Menuntut Ilmu: Proses Pembentukan Kata “Menuntut”

×

Meskipun Sudah Berumur, Ibuku Masih Menuntut Ilmu: Proses Pembentukan Kata “Menuntut”

Sebarkan artikel ini

Sebuah inspirasi datang dari istilah yang kita gunakan setiap hari namun jarang kita renungi. Salah satunya adalah kata “menuntut” yang digunakan dalam konteks pendidikan. Sebuah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perjuangan nan luhur ibuku dalam mencari ilmu meski usia telah lanjut.

Memahami Proses Pembentukan Kata “Menuntut”

Bahasa, sebagai kunci komunikasi, tumbuh dan berkembang mengikuti dinamika kehidupan sosial manusia. Dalam Bahasa Indonesia, proses pembentukan kata “menuntut” memiliki makna yang mendalam serta berakar kuat dalam budaya kita. Kata “menuntut” berasal dari kata dasar “tuntut” yang memiliki arti atau konotasi “mencari” atau “mengharapkan sesuatu.”

Kata “tuntut” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “tuntunan” yang berarti petunjuk, panduan, atau ajaran. Pada gilirannya, ini melibatkan ide mencari pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan penambahan awalan “me-” dan akhiran “-kan”, kata dasar ini berubah menjadi ‘menuntut’. Ini adalah bentuk kata kerja aktif transitive, yang berarti melakukan sebuah tindakan terhadap objek.

Konsep ini bisa kita lihat dalam metode tradisional pembelajaran di Indonesia, di mana siswa tidak hanya pasif menerima ajaran, tetapi juga aktif dalam mencari dan mengolah pengetahuan. Dalam bahasa yang lebih umum, “menuntut” dapat merujuk kepada setiap upaya aktif untuk meraih pengetahuan atau keterampilan, baik itu dalam konteks formal seperti sekolah dan universitas, maupun nonformal seperti kursus pelatihan dan self-learning.

Kisah Ibu yang Menuntut Ilmu

Di tengah hiruk pikuk dunia modern, kisah ibuku menjadi contoh inspiratif. Pencarian beliau atas ilmu pengetahuan tidak pernah diremehkan oleh batas usia. Meskipun sudah berumur, beliau masih penuh semangat dan tekad untuk belajar. Mengerti bahwa pengetahuan adalah kunci untuk memahami dunia, tidak pernah ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.

Dengan berbekal kerendahan hati dan kegigihan, ibuku merajut harapan-harapannya dalam setiap lembar buku yang dibaca. Dengan melewati berbagai rintangan, ibu membuktikan bahwa menuntut ilmu tidak terbatas oleh waktu, usia, atau kondisi. Ia adalah proses seumur hidup, tak terbatas dan selalu bertujuan untuk memperluas cakrawala pengetahuan.

Bagi ibuku, menuntut ilmu bukan sekadar pencarian pengetahuan, tetapi juga proses menjadi diri sendiri dan melihat dunia dengan cara yang lebih bijaksana dan berarti. Ibuku berusaha menekankan bahwa belajar adalah alat pemberdayaan diri dan komunitas, dan bukan sekadar pintu menuju kesuksesan materi.

Ia adalah lambang kegigihan dan determinasi, teladan sejati bahwa proses pembelajaran adalah pencarian yang tak pernah berakhir. Ibuku adalah bukti nyata, bahwa bagi siapa pun yang berani menuntut ilmu, tiada halangan yang tidak bisa diatasi.

Dalam setiap tulisan yang dipelajari, dalam setiap kata yang dituntut, ibu memberikan inspirasi yang sangat mendalam. Meskipun sudah berumur, ibu adalah sumber pengetahuan dan inspirasi bagi kami semua. Ibu mengajarkan melalui contoh bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah suatu kebutuhan seumur hidup.

Dan untuk itu, betapapun usia kita, kemungkinan untuk belajar dan tumbuh selalu ada. Dan di sanalah, kata ‘menuntut’ memiliki maknanya yang paling indah dan penuh semangat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *