Globalisasi telah menyebar dan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan dan menjangkau hampir semua penjuru dunia. Namun, dalam tengah-tengah perkembangan ini, masih ada sebagian masyarakat yang melakukan penolakan terhadap globalisasi. Berikut adalah tiga karakteristik masyarakat yang melakukan penolakan terhadap globalisasi.
1. Masyarakat yang Menghargai Budaya dan Tradisi Lokal
Masyarakat yang sangat menghargai, menjaga, dan mempertahankan budaya serta tradisi lokal mereka biasanya menunjukkan penolakan terhadap globalisasi. Globalisasi dengan dominasi kebudayaan dan gaya hidup Baratnya seringkali dilihat sebagai ancaman terhadap keberlangsungan budaya dan tradisi lokal. Oleh karena itu, masyarakat jenis ini lebih memilih untuk melestarikan budaya dan tradisi mereka sendiri dibandingkan menerima pengaruh global.
2. Masyarakat yang Keberatan dengan Modernitas
Aliran globalisasi juga berkaitan erat dengan modernitas, terutama di bidang teknologi dan komunikasi. Namun, tidak sedikit masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini. Keberatan mereka mungkin berakar dari alasan-alasan seperti ketergantungan pada teknologi, kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi, atau kerumitan yang ditimbulkan oleh teknologi digital yang konstan dan selalu berubah.
3. Masyarakat yang Mengutamakan Kemandirian Ekonomi Lokal
Globalisasi juga membawa dampak signifikan pada perekonomian dunia dan perdagangan bebas yang biasanya menguntungkan negara-negara maju. Masyarakat yang ingin mempertahankan kemandirian ekonomi lokal mereka sering kali melakukan penolakan terhadap globalisasi. Hal ini dilakukan untuk melindungi produsen lokal, pekerjaan, dan ekonomi dalam negeri dari persaingan internasional yang lebih kuat.
Setiap masyarakat memiliki alasan mereka sendiri dalam melakukan penolakan terhadap globalisasi. Namun, faktor budaya, kecemasan terhadap modernitas, dan pertimbangan ekonomi sering kali menjadi poin utama dalam penolakan tersebut.