Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang ulama terkenal yang bersandar pada ajaran-ajaran tradisional Salafi. Seorang reformis radikal, pemikirannya yang jernih dan perjuangannya terhadap idolatri dan bid’ah (inovasi dalam agama) telah memberinya pengaruh besar dalam dunia Islam. Salah satu prinsip penting dalam pandangannya adalah konsep ijtihad, atau analisis independen hukum Islam, yang menurutnya selalu ‘terbuka lebar’.
Pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan: Mengapa Muhammad bin Abdul Wahab yakin bahwa pintu ijtihad masih terbuka lebar? Beberapa alasan mendasar mengapa ia memegang keyakinan ini mungkin melibatkan:
Lebar Ruang Interpretasi dalam Syariat Islam
Muhammad bin Abdul Wahab meyakini bahwa syariat Islam tidaklah kaku dan absolut, melainkan ada ruang yang cukup lebar untuk menafsirkan dan memahami syariat tersebut. Karena setiap masalah memiliki keterikatan dengan konteks waktu, tempat, dan budaya, maka ijtihad tetap dibutuhkan untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang muncul.
Keberlanjutan Tradisi Ijtihad
Sejak awal kemunculan Islam, tradisi ijtihad selalu ada. Para sahabat Nabi dan ulama generasi setelahnya terus melakukan ijtihad dalam mencari solusi dari persoalan yang ada. Muhammad bin Abdul Wahab percaya bahwa tradisi ini seharusnya tetap dilestarikan dan digunakan sebagai alat dalam memahami dan menerapkan hukum Islam.
Ijtihad Sebagai Respons terhadap Perubahan
Dunia terus berubah, dan demikian juga tantangan dan masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Dalam situasi ini, ijtihad adalah alat penting yang memungkinkan umat Islam untuk merespons perubahan tersebut secara siginifikan, dan beradaptasi dengan waktu.
Perlunya Pembaruan dalam Islam
Muhammad bin Abdul Wahab mengakui perlunya pembaruan (tajdid) dalam pandangan dan praktek keislaman. Beliau melihat ijtihad sebagai cara untuk mencapai pembaruan tersebut dan mendorong perubahan positif dalam umat Islam.
Secara singkat, keyakinan Muhammad bin Abdul Wahab bahwa pintu ijtihad masih terbuka lebar didasarkan pada kepercayaannya bahwa ijtihad adalah instrumennya untuk mempertahankan fleksibilitas dan relevansi Islam dalam menghadapi tantangan zaman. Karena itu, keyakinannya ini mengundang kita semua untuk selalu berpikir kritis dan inovatif dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam.