Paradigma definisi sosial merujuk pada kerangka teoretis yang menekankan peranan proses sosial dan interaksi dalam membentuk realitas. Dalam paradigma ini, realitas dianggap sebagai hasil konstruksi bersama, yang didasarkan pada interpretasi dan negosiasi antara individu dan kelompok. Berikut adalah beberapa teori utama yang lahir dari paradigma definisi sosial:
1. Teori Tindakan Simbolik (Symbolic Interactionism)
Teori tindakan simbolik dikembangkan oleh George Herbert Mead, dan kemudian diperluas oleh Herbert Blumer, dan menjelaskan bagaimana individu menggunakan simbol-simbol sosial dan interaksi dengan orang lain untuk menciptakan dan berbagi makna. Dalam pandangan ini, realitas yang kita alami merupakan representasi dari kesepakatan bersama tentang nilai dan arti simbol tersebut. Konsep utama dalam teori ini meliputi:
- Interaksi simbolik: Proses di mana individu menggunakan simbol dan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain.
- Peran: Perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menempati posisi tertentu dalam situasi sosial.
- Tatanan sosial: Sistem norma dan aturan yang mengatur interaksi dalam masyarakat.
2. Phenomenology
Fenomenologi berasal dari filsafat Edmund Husserl dan meluas ke sosiologi melalui karya Alfred Schutz. Pendekatan fenomenologis menekankan pengalaman manusia sebagai sumber dasar pemahaman tentang dunia sosial. Dalam konteks ini, realitas merupakan hasil interpretasi individu dari pengalaman mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Beberapa konsep utama dalam fenomenologi meliputi:
- Lived experience (pengalaman hidup): Kesadaran individu tentang pengalaman mereka dalam situasi sosial yang spesifik.
- Intersubjektivitas: Proses di mana individu saling mempengaruhi dalam menciptakan realitas bersama melalui interaksi mereka.
3. Konstruksionisme Sosial
Konstruksionisme sosial, yang dipopulerkan oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann dalam buku The Social Construction of Reality, adalah teori yang mengemukakan bahwa realitas sosial merupakan hasil dari proses konstruksi bersama antara individu dan kelompok. Teori ini menekankan peranan sistem kepercayaan dan praktik sosial dalam membentuk realitas, dan bagaimana individu membangun pemahaman mereka melalui interaksi dengan orang lain. Dalam konstruksionisme sosial, realitas dianggap tidak memiliki arti inheren dan bersifat sementara. Beberapa konsep utama dalam teori ini meliputi:
- Proses sosialisasi: Pembelajaran tata cara dan norma sosial melalui interaksi sosial.
- Reifikasi: Proses di mana sesuatu yang dihasilkan oleh interaksi menjadi diterima sebagai kenyataan yang objektif atau independen.
4. Teori Permainan Dramaturgi (Dramaturgical Perspective)
Teori permainan dramaturgi dikembangkan oleh Erving Goffman, yang menggunakan metafora teater untuk menjelaskan interaksi sosial. Dalam pandangan ini, realitas sosial dibentuk melalui “permainan” yang melibatkan aktor, audien, dan panggung yang diatur berdasarkan aturan sosial. Setiap individu memainkan peran (role) mereka serta mengatur kesan yang ingin diberikan kepada audiens. Konsep-konsep utama dalam pandangan dramaturgi meliputi:
- Pembentukan kesan: Usaha individu dalam mengatur perilaku dan penampilan mereka untuk memberikan kesan tertentu kepada orang lain.
- Regi depan (front region) dan regi belakang (back region): Ruang di mana individu menampilkan perilaku yang diharapkan (depan) dan ruang di mana mereka mengungkap aspek diri yang lebih otentik atau pribadi (belakang).
Teori-teori yang telah disebutkan di atas, bersama dengan paradigma definisi sosial secara keseluruhan, menawarkan cara untuk memahami bagaimana realitas sosial dibentuk dan dipertahankan melalui interaksi antarindividu dan kelompok. Perspektif ini membantu kita melihat bagaimana keberagaman pengalaman dan interpretasi memberikan kontribusi terhadap kompleksitas dunia sosial kita.