Al-Quran, sebuah kitab suci umat Muslim di seluruh dunia, dianggap oleh banyak orang sebagai penyempurna atas kitab-kitab yang sebelumnya telah diturunkan. Hal ini merujuk pada posisi Al-Quran dalam sejarah wahyu agama Samawi, setelah Taurat yang diturunkan kepada Musa, Zabur kepada Daud, dan Injil untuk Isa. Tetapi, apa sebenarnya maksud di balik peran Al-Quran ini sebagai ‘penyempurna’? Mari kita coba jelaskan lebih jauh.
Konteks Historis
Ketika kita berbicara tentang Al-Quran sebagai ‘penyempurna’ kitab-kitab sebelumnya, penting untuk mengerti konteks historis dan teologis dari gagasan ini. Dalam tradisi Islam, wahyu Allah tidak datang sekaligus, tetapi melalui serangkaian pesan yang diturunkan kepada berbagai nabi sepanjang sejarah. Pertama ada Taurat, diikuti oleh Zabur, Injil, dan kemudian Al-Quran. Setiap kitab memperkenalkan aturan dan prinsip baru yang relevan dengan tempat dan zaman peluncurannya.
Al-Quran, diturunkan kepada Nabi Muhammad, menggabungkan perintah dan hukum dari kitab-kitab sebelumnya dan menambahkan detail serta konteks baru. Hal ini termasuk kisah-kisah dari nabi-nabi sebelumnya, prinsip moral dan etika, serta sistem hukum dan sosial yang lengkap. Oleh karena itu, Al-Quran ‘menyempurnakan’ wahyu sebelumnya dalam arti bahwa ia memberikan versi terakhir dan paling lengkap dari pesan Allah.
Hakikat Penyempurnaan
Saat kita menyebut Al-Quran sebagai ‘penyempurna’, ini bukan berarti kitab-kitab sebelumnya kurang sempurna atau tidak lengkap dalam artian negatif. Idealnya, setiap wahyu dalam konteks waktu dan tempatnya adalah lengkap dan sempurna. Tetapi, Al-Quran memberikan penyempurnaan dengan mengambil isyarat dari kitab-kitab sebelumnya dan menambahkannya dengan prinsip-prinsip baru dan konteks yang lebih luas, menjadikannya seolah-olah ‘kompilasi konklusif’ dari wahyu agama Samawi.
Misalnya, tidak seperti Injil atau Taurat, Al-Quran memberikan panduan langsung tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk ibadah, hak-hak individu, peraturan sosial dan ekonomi, dan hubungan antarumat beragama. Hal ini menjadikan Al-Quran sebagai sumber yang lengkap dan holistik untuk panduan spiritual dan kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Dengan demikian, saat kita mengatakan bahwa Al-Quran ‘menyempurnakan’ kitab-kitab sebelumnya, ini berarti bahwa Al-Quran menggabungkan dan membangun isi dari wahyu sebelumnya, mengklarifikasi dan memperluas pesan mereka, serta menambahkan detil dan konteks baru yang relevan dengan tempat dan waktu. Pernyataan ini bukan komentar meremehkan terhadap kitab-kitab sebelumnya, tetapi lebih kepada pengakuan bahwa Al-Quran menyelesaikan proses wahyu yang berkelanjutan seiring berjalannya waktu. Tujuannya bukan untuk menimbulkan konflik antar kitab, tetapi untuk menunjukkan keragaman dan konsistensi pesan Tuhan kepada umat manusia.