Pendahuluan
Pertanyaan tentang apakah Presiden memiliki wewenang untuk membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menjadi subjek debat publik yang intens dalam beberapa waktu terakhir. Sebagian waktu, pertanyaan ini dicetak dalam diskusi tentang krisis politik. Artikel ini akan membahas dan menganalisis aplikasi dan batas-batas konstitusional di belakang pertanyaan ini, dengan membicarakan konstitusi dan pemikiran ilmu politik.
Pemahaman Konstitusional
Dalam konteks Indonesia, Presiden tidak memiliki kewenangan konstitusional untuk membekukan dan/atau membubarkan DPR. Konstitusi Republik Indonesia Tahun 1945 sangat jelas bahkan dalam memastikan bahwa ini tidak bisa terjadi.
Menurut Pasal 20A ayat (1) UUD 1945, “Kekuasaan membuat undang-undang adalah di tangan DPR dengan menimbang tanggapan Presiden”. Pada ayat (2) dari pasal yang sama dinyatakan bahwa, “Dalam hal Presiden tidak memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tersebut, DPR dapat mengesahkan rancangan undang-undang tersebut menjadi undang-undang”. Ini berarti Presiden tidak memiliki hak mutlak untuk membubarkan atau membekukan DPR, apalagi tanpa alasan yang sah.
Pengaruh Ilmu Politik
Dalam perspektif teori politik, pertanyaan ini membawa kita pada konsepsi checks and balances (penyeimbangan dan pengawasan) antara eksekutif dan legislatif. Dalam teori demokrasi, pembubaran satu cabang oleh yang lain mungkin dapat menciptakan kondisi yang tidak harmonis, dan dalam beberapa kasus, bisa berujung pada tirani atau kegagalan demokrasi.
Kesimpulan
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tentang apakah Presiden dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR, seharusnya dijawab dengan ‘tidak’. Konstitusi dan teori demokrasi mendukung pembatasan seperti ini untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dan integritas suatu demokrasi.
Terkait dengan tantangan kontemporer dan dinamika politik yang terjadi, sebaiknya semua pemangku kepentingan politik mematuhi peraturan perundangan-undangan dengan menghargai batas-batas konstitusional mereka masing-masing. Menjaga keseimbangan antara lembaga eksekutif dan legislatif penting untuk memastikan keberlanjutan demokrasi dan stabilitas politik di negara ini.