Masa prasejarah mencakup periode sejarah sebelum penulisan, dimulai dari awal munculnya manusia hingga penemuan tulisan, yang berlangsung di berbagai wilayah pada waktu yang berbeda, berkisar hingga sekitar 3000 SM. Oleh karena tidak ada catatan tulisan yang tersedia dari periode ini, sangat penting bagi kita untuk mengandalkan berbagai metode lain untuk memahami dan mempelajari masa prasejarah. Dua sumber utama yang digunakan manusia untuk belajar tentang masa prasejarah adalah arkeologi dan paleontologi. Masing-masing memberikan insight yang berbeda dan saling melengkapi dalam menafsirkan lanskap sejarah manusia.
Arkeologi
Arkeologi adalah studi tentang artefak dan bahan lainnya yang ditinggalkan oleh manusia prasejarah. Metode ini merujuk pada penggalian dan penelitian yang cermat terhadap benda-benda seperti alat batu, keramik, tulang, dan bangunan kuno. Arkeologi menjadi salah satu cara utama manusia mempelajari masa prasejarah.
Riset arkeologis telah berkontribusi besar dalam memahami kehidupan dan budaya masyarakat prasejarah. Misalnya, penemuan peralatan batu di berbagai lokasi telah membantu dalam merekonstruksi cara hidup dan kegiatan sehari-hari mereka. Begitu pula, penemuan monumen megalitikum, seperti Stonehenge, memungkinkan para peneliti merekonstruksi praktik-praktik agama dan ritual kuno.
Paleontologi
Paleontologi, di sisi lain, adalah studi tentang kehidupan kuno melalui penemuan dan analisa fosil. Bagi manusia, studi ini tidak hanya mencakup fosil mamalia besar seperti mamut dan sabertooth tiger, tetapi juga fosil manusia kuno serta fosil dari fauna dan flora yang ada di sekitar mereka.
Tidak hanya memberikan wawasan tentang spesies yang pernah hidup di bumi, paleontologi juga membantu memahami cara hidup dan interaksi mereka. Misalnya, analisis fosil manusia kuno telah memberikan petunjuk tentang evolusi fisik manusia dan bagaimana lingkungan dan pola makan mereka berubah seiring waktu.
Kendati demikian, kedua metode ini memiliki batasan. Penemuan arkeologi dan paleontologi seringkali membutuhkan interpretasi dan analisis, dan mungkin tidak selalu memberikan gambaran yang lengkap atau akurat tentang masa lalu. Namun, dengan menggunakan kedua metode ini secara bersamaan, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih holistik tentang kehidupan manusia praaksara.