Al Ghazali, lahir pada tahun 1058 M di Tus, Iran. Ia merupakan salah satu tokoh terkemuka di dunia Islam. Selama hidupnya, Al Ghazali telah menghasilkan berbagai macam karya yang sangat berpengaruh, salah satunya yang membahas tentang kelemahan para filsuf di zamannya. Karyanya tersebut berjudul “Tahafut al-Falasifah” atau “Kekacauan Filsafat”.
Tahafut al-Falasifah: Kritik Terhadap Filsafat
Karya Al Ghazali yang berjudul “Tahafut al-Falasifah” ditulis pada masa kehidupan dan kebudayaan Islam yang kaya. Di zaman tersebut, filsafat Yunani telah mendapat tempat bertengger dalam ruang dunia intelektual umat Islam. Sayangnya, dalam penilaian Al Ghazali, pendekatan filsafat Yunani tersebut memiliki sejumlah kelemahan serius.
Buku ini intinya merupakan kritikan terhadap tiga filsuf Yunani besar, yaitu Plato, Aristoteles, dan Plotinus, serta filsuf Muslim yang dianggapnya terpengaruh oleh filsafat Yunani, terutama Ibn Sina.
“Tahafut al-Falasifah” mengkritik konsep filsafat tentang Tuhan, alam semesta, dan pengetahuan manusia. Al Ghazali memandang bahwa logika filsafat Yunani tidak mencukupi untuk menjelaskan realitas ilahi dan memiliki batasan yang jelas dalam menjelaskan alam semesta dan kehidupan manusia.
Argumen-argumen Al Ghazali
Salah satu argumen Al Ghazali adalah bahwa filsafat bergantung terlalu banyak pada logika dan akal manusia dan kurang mempertimbangkan wahyu dan pengalaman spiritual. Juga, dia berpendapat bahwa filsafat seringkali mengecualikan nilai-nilai etika dan moral dalam menganalisis realitas, yang penting untuk pemahaman yang seimbang tentang dunia.
Al Ghazali mempertanyakan bagaimana filsuf bisa meyakini sesuatu yang tidak bisa dirasakan atau diukur. Dia juga menegaskan bahwa keyakinan filsafat tentang keabadian alam semesta bertentangan dengan ajaran Islam tentang penciptaan alam semesta oleh Tuhan.
Pengaruh dan Kontribusi Al Ghazali
Tidak bisa disangkal, tulisan Al Ghazali ini memiliki pengaruh besar dalam dunia pemikiran Islam. “Tahafut al-Falasifah” merangsang diskusi yang mendalam tentang hubungan antara agama dan filsafat, dan bagaimana keduanya bisa dipertemukan.
Al Ghazali, melalui “Tahafut al-Falasifah”, telah memberikan sumbangsih yang signifikan bagi dunia pemikiran, terutama dalam hal kritik filosofis dan pemahaman tentang hubungan antara agama dan filsafat.
Di akhir hidupnya, Al Ghazali berpendapat bahwa seorang muslim sejati adalah orang yang bisa mempertemukan antara logika akal dan petunjuk wahyu. Dengan demikian, Al Ghazali telah menciptakan sintesis antara filsafat dan teologi Islam yang menjadi landasan bagi perkembangan pemikiran Islam di masa mendatang.