Setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, persaudaraan antara para pengikutnya dilakukan untuk mendorong solidaritas dan perpaduan di antara mereka. Para pengikut Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah ke Madinah disebut Kaum Muhajirin. Mereka datang ke Madinah tanpa harta benda karena meninggalkan segalanya di Makkah. Kaum Muslimin di Madinah yang menolong, membuka pintu rumah mereka, dan berbagi properti mereka dengan kaum Muhajirin dikenal sebagai Kaum Anshar.
Latar Belakang
Kaum Muhajirin dan Anshar merupakan dua kelompok utama dalam sejarah Islam awal. Kaum Muhajirin, berarti ‘imigran’, adalah nama yang diberikan kepada para Sahabat Nabi Muhammad SAW yang ikut serta dalam hijrah, atau eksodus, dari Makkah ke Madinah. Mereka telah memberikan pengorbanan yang besar dalam nama agama mereka yaitu dengan meninggalkan rumah dan harta mereka di Makkah. Sebaliknya, Kaum Anshar, yang artinya ‘penolong’, adalah sebutan untuk masyarakat lokal Madinah yang menyambut mereka dan membantu mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gaya hidup baru mereka.
Peran Kaum Anshar
Kaum Anshar, penduduk asli Madinah, berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan Kaum Muhajirin. Mereka merupakan komunitas yang mendukung, mengakui dan menerima misi Nabi Muhammad SAW. Menghormati dan menjaga hak serta kehormatan para Muhajirin adalah hal yang sakral bagi Anshar. Mereka rela memberikan separuh harta mereka untuk kaum Muhajirin, sebagai bukti kasih sayang dan ukhuwah islamiyah yang kuat.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Tidak ada yang beriman sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” Ini adalah dalil dari kebaikan kaum Anshar yang menunjukkan bagaimana mereka mencintai dan menolong kaum Muhajirin.
Dampak dan Signifikansi
Tindakan Kaum Anshar tidak hanya menjadikan Madinah sebagai lingkungan yang ramah bagi kaum Muhajirin, tetapi juga memperkuat ikatan dan persaudaraan antara semua orang Muslim, baik mereka penduduk asli Madinah atau para pengungsi dari Makkah. Keberanian dan pengorbanan mereka menjadi contoh sempurna dari semangat persaudaraan dan persatuan dalam Islam. Itu merupakan bagian penting dari tradisi Islam dan menjadi dasar bagi nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, dan keramahan yang dipraktikkan oleh kaum Muslimin hingga hari ini.