Budaya

Cikal bakal Kerajaan Demak merupakan wilayah bawahan Kerajaan?

×

Cikal bakal Kerajaan Demak merupakan wilayah bawahan Kerajaan?

Sebarkan artikel ini

Kerajaan Demak memiliki peran penting dalam sejarah nusantara, khususnya proses penyebaran Islam di Indonesia. Kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah ini didirikan pada abad ke-15. Tetapi, apakah cikal bakal Kerajaan Demak benar-benar merupakan wilayah bawahan kerajaan lain?

Perjalanan Berdirinya Kerajaan Demak

Berdasarkan naskah-naskah kuno dan prasasti, Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah. Raden Patah adalah putra dari Majapahit yang beragama Islam. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan di kerajaannya sendiri karena menjadi minoritas musyrik dan Hindu-Buddha. Penguasa Majapahit saat itu, Kertabumi atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Brawijaya V, sempat didampingi oleh Raden Patah. Namun, keberadaannya di Majapahit akhirnya memicu pertentangan.

Raden Patah memilih hijrah ke Demak, daerah yang saat itu dianggap wilayah perbatasan Majapahit. Di Demak, dia mendirikan kerajaan dan menjadi Raja pertama yang beragama Islam di Jawa.

Hubungan Kerajaan Demak dengan Kerajaan Lainnya

Sebenarnya, sebelum Demak berdiri sebagai kerajaan, wilayah ini sebelumnya merupakan wilayah bawahan Majapahit. Artinya, Kerajaan Demak yang berdiri sendiri kemudian, berawal dari sebuah wilayah kecil yang menjadi bagian dari kerajaan Majapahit.

Selain itu, Kerajaan Demak juga dikenal memiliki hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya, seperti Cirebon dan Samudra Pasai, termasuk kerajaan-kerajaan di Melayu. Semua kerajaan itu biasa disebut kaum Walisongo, yang memiliki misi besar dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa, termasuk pendirian Kerajaan Demak.

Kesimpulan

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cikal bakal Kerajaan Demak memang berasal dari wilayah bawahan Kerajaan Majapahit. Namun, keberadaannya sebagai kerajaan merdeka menandai awal dari kekuasaan Islam di pulau Jawa dan keruntuhan Majapahit. Sejarah ini menyimpan pelajaran penting tentang toleransi dan perbedaan agama, juga bagaimana perbedaan tersebut harus dapat dikelola dengan bijak untuk menghindari konflik dan perpecahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *