Kepercayaan dan tradisi yang berkaitan dengan kelahiran, pencerahan, dan kematian Sidharta Gautama sangat mempengaruhi budaya dan praktek keagamaan dalam Buddhisme. Menurut fakta yang ada, ketiga peristiwa penting dalam sejarah dan perkembangan agama Buddha ini terjadi pada bulan purnama di bulan Mei.
Kelahiran Sidharta Gautama
Sidharta Gautama, juga dikenal sebagai Buddha Gautama, lahir pada bulan purnama di bulan Mei, tepatnya di Taman Lumbini, Kerajaan Shakya di Nepal saat ini. Menurut catatan dalam teks-teks Buddhis, lahirnya Siddharta Gautama ini diiringi berbagai peristiwa ajaib. Ketika kelahirannya, sebuah bunga teratai pun mekar yang kemudian menjadi tempat duduk sang bayi.
Penerangan Agung Sidharta Gautama
Sidharta Gautama mencapai penerangan agung (atau biasa disebut “Bodhi”) di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India. Pencapaian ini merujuk pada momen di mana Sidharta Gautama mencapai keadaan pencerahan spiritual dan menemukan jalan untuk mengakhiri siklus penderitaan (dukkha) dan penderitaan yang mengikat makhluk hidup dalam lingkaran kelahiran kembali (samsara). Dia membuka jalan menuju Nirvana, status kebebasan dari semua rasa sakit dan penderitaan.
Kematian Sidharta Gautama
Akhirnya, Siddharta Gautama meninggal pada usia 80 tahun di Kushinagar, India dalam kondisi yang disebut “Parinirvana”—kondisi Nirvana sempurna setelah kematian. Dia meninggal dalam posisi meditasi, dikelilingi oleh murid-muridnya. Tidak ada siklus kelahiran kembali setelah kematian ini. Sidharta Gautama telah mencapai pembebasan total.
Pengaruhnya Terhadap Umat Buddha
Pendukung agama Buddha merayakan tiga peristiwa penting ini dalam satu festival yang dikenal sebagai Vesak atau Waisak. Kesamaan tanggal dari ketiga peristiwa penting dalam kehidupan Sidharta Gautama ini, yakni bulan purnama di bulan Mei, memberikan aura sakral yang kuat bagi festival ini.
Selama Vesak, umat Buddha melakukan berbagai ritual dan upacara untuk menghormati dan merenungkan kehidupan Buddha, ajarannya, dan dampaknya terhadap dunia. Pada hari ini, mereka menghiasi kuil dan biara dengan bendera dan bunga, memberi makan kepada orang miskin dan melakukan perbuatan baik lainnya untuk merayakan dan menghormati Siddharta Gautama.
Pengetahuan tentang pertemuan ketiga peristiwa besar ini menambah pemahaman kita tentang tradisi dan kepercayaan Buddhis. Itu menunjukkan betapa pentingnya peristiwa-peristiwa ini dalam kehidupan dan ajaran Siddharta Gautama, serta bagaimana mereka telah membentuk praktek dan perayaan dalam agama Buddha.