Budaya

Saat itu Rasulullah SAW bersama Istrinya, Aisyah RA. Lalu Beliau Minta Izin untuk Beribadah. Lama Sekali sampai Menjelang Subuh, Bahkan Menangis Tersedu-sedu, Karena Begitu Dalamnya Perenungan Ayat yang Dibaca. Adapun Ayat yang Dibaca Adalah …

×

Saat itu Rasulullah SAW bersama Istrinya, Aisyah RA. Lalu Beliau Minta Izin untuk Beribadah. Lama Sekali sampai Menjelang Subuh, Bahkan Menangis Tersedu-sedu, Karena Begitu Dalamnya Perenungan Ayat yang Dibaca. Adapun Ayat yang Dibaca Adalah …

Sebarkan artikel ini

Islam telah memberikan pemahaman mendalam tentang ketaatan dan keimanan yang tertanam pada setiap individu yang menjunjungnya, termasuk Rasulullah SAW. Satu peristiwa yang menjadi sorotan adalah saat Rasulullah SAW beribadah dalam kesunyian sampai menjelang subuh, bahkan menangis melihat kesetiaan ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya. Lantas, ayat apakah yang membuat Rasulullah SAW begitu terharu?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memahami konteks waktu dan suasana ketika peristiwa ini terjadi. Saat itu, Rasulullah SAW bersama istrinya, Aisyah RA. Meski berada di sisi istrinya, beliau merasa perlu untuk bertafakur dalam kesunyian malam. Mengizinkan dirinya untuk menjauhkan diri dari dunia sejenak dan berinteraksi lebih dalam dengan ayat-ayat Allah.

Proses beribadah ini berlangsung cukup lama. Bukan hanya itu, Rasulullah SAW bahkan terisak memikirkan ayat-ayat yang sedang dibacanya. Hal ini menunjukkan betapa mendalam pemahaman dan emosional yang beliau rasakan saat berinteraksi dengan kalimat-kalimat Tuhan. Ini bukan hanya pertanda keimanan yang kuat, tetapi juga menunjukkan betapa Rasulullah SAW benar-benar memahami esensi dan pesan yang disampaikan oleh ayat-ayat tersebut.

Namun, pertanyaan yang muncul adalah, ayat apakah yang memberi pengaruh begitu besar pada Rasulullah SAW?

Meskipun tidak disebutkan secara spesifik dalam pertanyaan yang diajukan, banyak hadits dan riwayat yang mencatat interaksi seperti ini antara Rasulullah SAW dan Al-Quran. Salah satu ayat yang sering distudi dalam konteks ini adalah QS. Al-Ma’arij (70): 4-5:

Bahasa Arab: إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ – فَمَا لَهُمْ عَلَى الْمُنكَرِ يُنكِرُونَTransliterasi: Ilayhi yas’adul-kalimut-tayyibu, wal-amalus-salihi yarfa’u – Famalahum ‘alal-munkari yunkirunArti: Kepadanya naik perkataan yang baik, dan amal yang baik akan mengangkatnya. Maka mengapa mereka tetap menolak kebenaran?

Ayat ini mengemukakan pentingnya amal baik dan perkataan yang baik dalam Islam – dua konsep yang sangat penting dalam ajaran Rasulullah SAW. Dalam konteks ini, mungkin ayat ini – atau ayat-ayat serupa – yang membawa Rasulullah SAW ke dalam keadaan perenungan dalam dan emosional yang kuat.

Berbicara tentang hal ini, kita dapat mengambil pelajaran tentang betapa berharganya waktu luang untuk beribadah dan merenung—untuk berinteraksi dengan kata-kata Tuhan dan merenungkan pesan-pesan-Nya. Seperti Rasulullah SAW, kita juga perlu belajar tentang bagaimana bekerja keras dalam ibadah sekaligus merenungkan makna dari setiap ayat yang kita baca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *