Sekolah

Pada Masa Diberlakukannya Politik Apartheid, Pemerintah Mengeluarkan Sebuah Undang-Undang yang Melarang Bangsa Kulit Hitam Membeli Tanah di Luar Areal Pemukimannya. Undang-Undang Itu Disebut Apa?

×

Pada Masa Diberlakukannya Politik Apartheid, Pemerintah Mengeluarkan Sebuah Undang-Undang yang Melarang Bangsa Kulit Hitam Membeli Tanah di Luar Areal Pemukimannya. Undang-Undang Itu Disebut Apa?

Sebarkan artikel ini

Sejarah mencatat berbagai peristiwa yang membuktikan ketidakadilan serta perlakuan rasis yang terjadi di masa lalu. Salah satu contoh jelek dalam lembaran sejarah manusia adalah era apartheid di Afrika Selatan. Era ini terkenal dengan diskriminasi rasialnya yang sangat tajam, khususnya terhadap warga kulit hitam. Puncak dari turun naiknya era apartheid adalah pengesahan undang-undang yang secara eksplisit melarang bangsa kulit hitam membeli tanah di luar areal pemukimannya. Undang-Undang ini dikenal dengan sebutan The Native Land Act atau Undang-Undang Tanah Pribumi 1913.

The Native Land Act atau Undang-Undang Tanah Pribumi 1913

The Native Land Act, atau Undang-Undang Tanah Pribumi dirancang pada tahun 1913. Pelarangan kepada bangsa kulit hitam untuk membeli atau menyewa tanah di sekitar sebagian besar Afrika Selatan adalah tujuan utama dari undang-undang ini. Undang-undang ini mendefinisikan wilayah Afrika Selatan menjadi dua zona. Zona pertama adalah area yang sengaja ditentukan untuk pribumi atau penduduk asli, sementara zona kedua adalah tanah yang dikuasai dan dimiliki oleh penduduk non-pribumi.

Perluasan wewenang dan kekuasaan bangsa kulit putih dalam mengendalikan sebagian besar tanah dan sumber daya alam di Afrika Selatan memicu dilakukannya legislasi ini. Undang-undang ini menciptakan seperangkat hukum yang jelas dan kuat yang memungkinkan bangsa kulit putih memiliki dan mengendalikan tanah di Afrika Selatan, sementara bangsa kulit hitam dibatasi haknya.

Dampak Native Land Act

Dengan diberlakukannya Native Land Act, penduduk asli Afrika Selatan secara hukum dibatasi akses mereka ke tanah. Hal ini mendorong banyak penduduk kulit hitam ke kota dan mengeksploitasi mereka sebagai tenaga kerja murah di industri yang berbasis di kota-kota tersebut. Akibatnya, banyak dari mereka yang hidup dalam kemiskinan, tidak memiliki akses pendidikan yang memadai dan tidak memiliki hak politik.

Pada akhirnya, hukum ini mendorong ketidakseimbangan ekonomi dan sosial yang ekstrem di Afrika Selatan. Meskipun Native Land Act telah dicabut, dampaknya masih terasa hingga hari ini. Kemiskinan, kekurangan pendidikan, dan ketidakadilan sosial masih menjadi tantangan yang berat bagi bangsa kulit hitam Afrika Selatan pasca-apartheid.

Penutup

The Native Land Act atau Undang-Undang Tanah Pribumi 1913 menjadi bukti nyata dari diskriminasi rasial yang dilakukan oleh rezim apartheid. Undang-Undang ini tidak hanya merampas hak dari bangsa kulit hitam, tetapi juga menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang tidak adil yang masih terasa hingga era modern. Namun, seiring waktu, Afrika Selatan telah melakukan banyak reformasi untuk menyeimbangkan kembali hak-hak warganya dan menghapus jejak-jejak rezim apartheid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *