Metode pembelajaran sorogan merujuk pada cara tradisional dalam menghafal dan memahami kitab-kitab klasik yang masih digunakan di pondok-pondok pesantren salaf di Indonesia. Sekilas, metode ini terlihat sederhana dan kuno namun demikian ada banyak hikmah atau kearifan yang dapat kita pelajari dari metode ini.
Meneguhkan Kepribadian dan Disiplin Diri
Pada dasarnya, metode pembelajaran sorogan membutuhkan konsentrasi dan ketekunan serta disiplin diri yang kuat dalam menghafal dan merenungi isi kitab. Metode ini belajar dan berlatih menahan diri untuk tidak buru-buru dan fokus pada materi yang dipelajari. Oleh karena itu, metode ini menghasilkan individu-individu yang sabar, memiliki disiplin tinggi, dan mampu menyeimbangkan antara teori dan amalan.
Menumbuhkan Kecintaan terhadap Ilmu Pengetahuan
Melalui metode sorogan, santri diajarkan untuk menghargai ilmu dan proses pembelajarannya. Mereka diajarkan bahwa sejauh mana upaya mereka dalam memahami dan menghafal ilmu pengetahuan, sejauh itulah mereka akan mendapatkan manfaatnya. Hal ini menumbuhkan kecintaan yang mendalam terhadap proses belajar serta menempa sikap tawadhu’ (rendah hati) dalam mencari ilmu.
Memberikan Keterampilan Membaca Kritis
Bidang studi di pondok pesantren tidak hanya terbatas pada agama saja, tetapi juga meliputi ilmu pengetahuan lainnya seperti filsafat, logika, dan bahkan ilmu alam. Melalui metode sorogan, santri juga diajarkan untuk membaca secara kritis dan analitis terhadap berbagai sumber informasi. Hal ini memberikan mereka keterampilan yang sangat berguna untuk hidup di dunia modern.
Membangun Hubungan Guru dan Santri yang Kuat
Metode sorogan juga menempa hubungan yang kuat antara guru dan santri. Dalam metode ini, guru bukan hanya sekedar pengajar, tetapi juga mentor dan penasehat. Hubungan ini membantu pembentukan karakter santri secara lebih mendalam dan personal.
Kesimpulan
Secara umum, metode pembelajaran sorogan menawarkan berbagai hikmah yang sangat relevan untuk kehidupan modern. Selain memberikan pengetahuan faktual, metode ini juga berkontribusi terhadap pembentukan karakter dan kecerdasan emosional. Dengan demikian, tidak mengherankan jika metode ini masih relevan dan digunakan di banyak pondok pesantren salaf di Indonesia.