Dalam sejarah perkembangan organisasi di Indonesia, banyak mencakup episode permusuhan dan perjuangan. Salah satu organisasi yang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah Sarekat Islam. Sarekat Islam didirikan pada tahun 1911 dan menjadi organisasi masa yang pertama kali berfokus pada kebangkitan nasionalis dan Islam. Namun, pada 1920-an, organisasi ini mengalami perpecahan yang cukup signifikan. Perpecahan ini dipicu oleh beberapa faktor.
Perpecahan pertama dan paling terkenal dalam tubuh Sarekat Islam terjadi pada tahun 1921 dan dikenal sebagai perpecahan antara faksi komunis dan faksi Islam. Perpecahan ini dipicu oleh perbedaan ideologi antara dua faksi tersebut. Anggota faksi Komunis, yang mendominasi cabang Surabaya Sarekat Islam, berfokus pada isu kelas dan ekonomi, dan mereka cenderung non-religius. Sementara anggota faksi Islam, dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto, berfokus pada isu agama dan nasionalisme.
Perbedaan ideologi ini menjadi semakin nyata seiring berjalannya waktu. Faksi Islam, misalnya, cenderung menentang pemerintah kolonial Belanda, sementara faksi Komunis lebih berfokus pada penentangan terhadap feodalisme dan kapitalisme. Selain itu, faksi Islam cenderung bekerja sama dengan kaum buruh dan petani, sementara faksi Komunis lebih berfokus pada buruh pabrik dan pekerja lainnya.
Benturan ideologi ini mencapai puncaknya pada pertemuan Sarekat Islam di Semarang pada tahun 1921. Di sini, faksi Komunis dipaksa keluar dari organisasi. Mereka kemudian mendirikan Partai Komunis Indonesia yang menjadi titik awal kebangkitan komunisme di Indonesia.
Namun, perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam tidak hanya terjadi pada tahun 1921. Sebelumnya, pada tahun 1920, telah terjadi perpecahan lain yang dikenal sebagai “pertempuran ideologi.” Ini dipicu oleh perbedaan pandangan antara anggota Sarekat Islam yang konservatif dan liberal.
Perpecahan-perpecahan ini, meskipun tidak merusak struktur organisasi secara keseluruhan, mempengaruhi arah dan strategi Sarekat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Faksi Islam akhirnya mendominasi organisasi dan memimpin gerakan nasionalis, sementara faksi Komunis berfokus pada kelas pekerja dan pertanian. Sejarah ini menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia telah melibatkan berbagai kelompok dengan latar belakang ideologi yang berbeda, dan bagaimana mereka berkonflik dan berkolaborasi membentuk sejarah Indonesia seperti yang kita kenal saat ini.