Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki berbagai macam kepribadian dan pandangan hidup yang berbeda-beda. Salah satunya terlihat dalam hal memiliki harta benda atau materi. Ada individuals yang sangat mementingkan harta dan kekayaan, terobsesi dengan mengumpulkan sebanyak mungkin. Sementara itu, ada juga individu yang tidak begitu tertarik dengan harta duniawi. Manusia yang satu ini biasanya memiliki pola pikir dan pandangan hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang. Lantas, apakah ada sebutan khusus untuk manusia seperti ini?
Sebutan yang sering kita dengar untuk mewakili orang-orang seperti ini adalah “ascetic” atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “zuhud”. Orang yang memiliki sifat zuhud biasanya lebih mengejar kehidupan spiritual daripada material. Mereka percaya bahwa kekayaan sejati bukanlah materi, melainkan yang bersifat rohani. Mereka lebih mementingkan potensi batin dan spiritual daripada mengumpulkan harta benda.
Orang-orang zuhud ini seringkali hidup dengan sederhana, tidak terikat oleh keinginan duniawi dan lebih memilih untuk menjalankan kehidupan yang berorientasi pada spiritualitas. Dalam beberapa tradisi agama, orang-orang dengan sifat zuhud ini dihargai dan dianggap sebagai orang yang telah mencapai tingkat spiritual yang tinggi.
Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki pandangan sendiri tentang apa arti kehidupan yang baik dan penuh makna. Bagi sebagian orang, mencapai keberhasilan dan kesejahteraan materi adalah bagian penting dalam hidup, sementara bagi orang lain, pencarian spiritual dan kedamaian batin mungkin jauh lebih penting.
Pada dasarnya, konsep zuhud atau asceticism adalah suatu pilihan hidup yang diambil oleh setiap individu yang mendasarkan diri pada pemahaman dan keyakinan mereka sendiri terhadap arti kehidupan dan kebahagiaan.
Jadi, pertanyaan “Seorang Manusia yang Tidak Begitu Tertarik dengan Harta Duniawi Sering Disebut Dengan Sebutan Apa?” dapat dijawab dengan “zuhud” atau “ascetic”. Individu ini memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda dalam hidupnya – lebih mementingkan kehidupan spiritual daripada kekayaan fisik- dan ini bukan berarti mereka salah atau benar, hanya berbeda dalam cara mereka mengejar makna dan tujuan dari kehidupan mereka.
