Sekolah

Kewan Sing Sirahe Ing Sirah, Wetenge Ing Sirah, Sikile Ing Sirah: Kalebu Cangkriman Plesedan

×

Kewan Sing Sirahe Ing Sirah, Wetenge Ing Sirah, Sikile Ing Sirah: Kalebu Cangkriman Plesedan

Sebarkan artikel ini

Halo, pembaca yang budiman! Di artikel kali ini, kita akan membahas salah satu kekayaan budaya Jawa, yaitu cangkriman plesedan. Untuk lebih jauh memahami cangkriman plesedan ini, mari kita pertajam pemahaman kita dengan mendalami cangkriman berikut: “Kewan sing sirahe ing sirah, wetenge ing sirah, sikile ing sirah.”

Apa itu Cangkriman?

Sebelum lebih jauh, penting untuk memahami apa itu cangkriman. Cangkriman adalah suatu bentuk teka-teki dalam budaya Jawa yang menggunakan kata-kata atau frasa yang berarti lain. Cangkriman plesedan sering dipakai dalam percakapan sehari-hari dan terkenal karena keunikannya. Ini juga merupakan cara menguji selera humor dan kecerdasan orang Jawa.

Memahami Cangkriman “Kewan Sing Sirahe Ing Sirah, Wetenge Ing Sirah, Sikile Ing Sirah”

Cangkriman ini merupakan sebuah teka-teki yang menggunakan padanan kata biota laut (kewan), kepala (sing sirahe), dada (wetenge), dan kaki (sikile). Secara harfiah, cangkriman ini berarti “hewan yang kepala, dada, dan kaki letaknya ada di dalam.” Jawabannya tentunya bukan secara harfiah, melainkan simbolis, seperti halnya cangkriman pada umumnya.

Menurut para penikmat sastra Jawa, jawaban dari cangkriman ini adalah “Udang”. Mengapa demikian? Pada udang, struktur tubuhnya dibangun dengan cara yang unik. Kepala dan dada udang sebenarnya adalah satu bagian yang bersatu, yang disebut dengan cephalothorax. Sedangkan bagian “kaki” atau “sikile” udang juga terletak di dalam tubuh yang sama, tepatnya di bagian perut atau abdomen.

Kesimpulan

Cangkriman plesedan adalah suatu bentuk keunikan dalam budaya Jawa yang mencerminkan kekayaan dan kedalaman makna. Cangkriman “Kewan sing sirahe ing sirah, wetenge ing sirah, sikile ing sirah,” sebagaimana contoh di atas, menunjukkan bahwa meskipun tampak membingungkan di awal, cangkriman ini sejatinya melambangkan keindahan sastra Jawa yang tak lekang oleh waktu.

Terlepas dari pentingnya pemahaman mendalam akan cangkriman dan budaya Jawa pada umumnya, hal ini juga membantu kita untuk melatih kreativitas dalam berpikir dan kemampuan memahami konteks. Selamat menikmati keindahan sastra Jawa!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *