Budaya

Menonjolkan dan Memperlihatkan Amal Perbuatan Baik Agar Dipuji Orang Lain Disebut Sifat Apa?

×

Menonjolkan dan Memperlihatkan Amal Perbuatan Baik Agar Dipuji Orang Lain Disebut Sifat Apa?

Sebarkan artikel ini

Hidup sebagai manusia di dunia ini mengharuskan kita untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi tersebut, kita akan menampilkan berbagai perilaku dan sifat. Salah satu perilaku yang sering dipertanyakan adalah tindakan menonjolkan dan memperlihatkan amal perbuatan baik agar dipuji orang lain. Apakah sifat ini memiliki nama?

Tindakan tersebut disebut dengan sifat riya, berasal dari bahasa Arab yang dalam konteks agama, lebih dikenal sebagai perilaku yang menunjukkan amal perbuatan baik di depan umum dengan tujuan mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Sifat ini sebenarnya tidak terpuji dalam agama Islam karena dikategorikan sebagai bentuk munafiq atau pura-pura.

Mengenal Lebih Dekat Sifat Riya

Riya dalam Islam didefinisikan sebagai suatu tindakan menampilkan amal yang baik di depan publik dengan tujuan mendapatkan pujian dan penghormatan dari orang lain. Sifat ini sering dikaitkan dengan hipokrisi atau pura-pura, karena seseorang yang melakukan riya sebenarnya memaksakan diri untuk tampak baik di depan orang lain, sementara tujuan sebenarnya adalah bukan demi kebaikan itu sendiri.

Misalnya, seseorang yang memberikan sedekah di depan banyak orang dengan tujuan agar dianggap dermawan dan mendapatkan pujian, bukan karena keinginan tulus untuk membantu yang membutuhkan. Hal ini tentu bertentangan dengan esensi dari berbuat baik itu sendiri yang seharusnya dilakukan karena menginginkan kebaikan, bukan mencari pujian atau pengakuan dari orang lain.

Dampak dan Cara Menghindari Sifat Riya

Dampak sifat riya adalah menurunnya nilai amal karena niat yang tidak tulus. Dalam Islam, nilai sebuah amal diukur dari sejauh mana niat seseorang dalam melakukannya, bukan hanya dari hasil aksi tersebut.

Untuk menghindari sifat riya, sebaiknya kita berusaha untuk selalu memiliki niat yang tulus dalam setiap amal perbuatan baik yang kita lakukan. Selain itu, kadar riya bisa dikurangi dengan lebih sering melakukan amal perbuatan baik secara diam-diam atau tanpa diketahui orang lain.

Bagi setiap individu, penting untuk selalu mengintrospeksi diri dan memastikan bahwa setiap amal perbuatan baik yang dilakukan dijalankan dengan niat yang tulus, bukan hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Dengan demikian, kita bisa memastikan bahwa kita melakukan amal perbuatan baik karena keyakinan dan cinta kita kepada kebaikan itu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *