Stratifikasi sosial merupakan sistem yang membagi masyarakat ke dalam lapisan atau tingkatan berdasarkan faktor tertentu, seperti kekayaan, pendidikan, agama, ras/etnis, atau gender. Konflik sosial kerap muncul karena perbedaan dan kesenjangan antara lapisan-lapisan tersebut. Di Indonesia, terdapat beberapa bentuk stratifikasi sosial yang berpotensi menimbulkan konflik, yaitu:
1. Stratifikasi Berdasarkan Kekayaan
Polarisasi antara golongan kaya dan miskin di Indonesia cukup tinggi. Kesenjangan ekonomi menjadi permasalahan sekaligus pendorong konflik sosial. Terlalu banyak kekayaan dikonsentrasikan pada segelintir individu, sementara banyak masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini dapat meresahkan masyarakat dan memicu konflik.
2. Stratifikasi Berdasarkan Ras/Etnis
Indonesia adalah negara dengan keberagaman etnis yang tinggi. Dalam beberapa kasus, hal ini berujung pada perbedaan perlakuan atau diskriminasi terhadap suatu etnis tertentu, yang bisa memicu konflik sosial berbasis etnis atau ras.
3. Stratifikasi Berdasarkan Agama
Agama adalah bagian penting dari identitas dan kehidupan masyarakat Indonesia. Konflik sosial yang berbasis agama umumnya terjadi akibat perbedaan pandangan atau diskriminasi terhadap penganut agama tertentu.
4. Stratifikasi Berdasarkan Gender
Peran dan posisi gender di masyarakat Indonesia masih banyak ditentukan oleh norma dan keyakinan tradisional. Diskriminasi gender, seperti ketidaksetaraan dalam pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan lainnya, juga dapat memicu konflik.
Stratifikasi sosial bisa jadi mekanisme yang memfasilitasi sistem yang dapat mendorong produkfitas dan kemajuan masyarakat. Namun, ketika pengelompokan ini menimbulkan diskriminasi dan kesenjangan hak, stratifikasi sosial tersebut berpotensi menjadi pemicu konflik sosial. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan usaha dari semua pihak untuk mengurangi kesenjangan yang ada dalam masyarakat dan mendorong kesetaraan dan keadilan sosial.