Gotong royong, sebuah kegiatan yang sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Indonesia. Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk upaya warga masyarakat untuk bekerja sama melakukan berbagai jenis pekerjaan atau tugas demi kepentingan bersama. Suatu hal menarik yang menjadi ciri khas dalam kegiatan gotong royong, yakni kerelaan.
Warga masyarakat melaksanakan pekerjaan ini dengan penuh rasa sukarela. Tidak ada paksaan dan tekanan dalam melaksanakan kegiatan ini. Setiap individu dalam masyarakat berpartisipasi dengan penuh rasa tanggung jawab dan rasa cinta terhadap lingkungan dan masyarakatnya.
Namun, apakah Anda pernah berpikir bahwa kegiatan gotong royong ini merupakan contoh dari kelompok informal dalam masyarakat? Untuk memahami sejauh mana hal tersebut berlaku, mari kita pahami lebih jauh tentang kelompok informal dan bagaimana gotong royong menjadi contoh dari kelompok semacam itu.
Mengapa Gotong Royong Merupakan Kelompok Informal?
Kelompok informal sebagai istilah dalam ilmu sosial mengacu pada kelompok yang terbentuk secara alami tanpa ada struktur organisasi yang formal dan resmi. Dalam kelompok informal, interaksi antar anggota lebih bersifat pribadi dan tidak terikat oleh aturan atau prosedur yang kaku.
Hal ini selaras dengan kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam gotong royong, tidak ada struktur organisasi yang jelas dan tidak ada aturan-aturan yang kaku yang mengikat anggotanya. Setiap individu berpartisipasi secara sukarela dan bertindak berdasarkan situasi yang ada serta nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Lebih lanjut, kegiatan gotong royong dijalankan tanpa adanya sistem imbalan yang jelas. Dalam konteks ini, hampir tidak ada transaksi formal yang terjadi. Pelaksanaan gotong royong lebih didasarkan pada kebersamaan, spirit sosial, dan hubungan emosional antar anggota masyarakat.
Kelompok informal seperti gotong royong juga cenderung memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi. Mereka dapat mengubah waktu, lokasi, dan jenis kegiatan mereka berdasarkan kesepakatan bersama antar anggota, meski tanpa harus melalui proses formal tertentu.
Jadi, melalui penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa kegiatan gotong royong memang dapat dianggap sebagai contoh dari kelompok informal. Warga masyarakat melaksanakannya dengan sukarela dan tidak adanya struktur formal yang mengikat mereka.
Jadi, jawabannya apa? Gotong Royong merupakan contoh kelompok informal karena partisipasinya bersifat sukarela, tanpa adanya struktur organisasi formal, beroperasi berdasarkan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, dan memiliki fleksibilitas dalam pelaksanaannya.